Find Us On Social Media :

Intisari Desember 2015: Sebuah Titik Belok

By Yoyok Prima Maulana, Kamis, 10 Desember 2015 | 14:00 WIB

Intisari Desember 2015: Sebuah Titik Belok

Intisari-Online.com - Jika peluang tidak mengetuk, maka buatlah sebuah pintu.

Kalimat tersebut diucapkan oleh mendiang Milton Berle, komedian terkenal Amerika Serikat. Entah kenapa, ujar-ujar tersebut menancap begitu kuat di benak saya akhir-akhir ini. Mungkin itu sekadar respon dari alam bawah sadar saya setelah setengah tahun terakhir dijejali berita-berita dari pelbagai media masa bahwa Indonesia di ambang krisis ekonomi. Berita yang memunculkan gelombang pesimistis besar bangsa ini dalam menatap masa depannya.

Padahal krisis adalah sebuah keniscayaan yang bakal menimpa semua bangsa, hanya masalah waktu saja yang membedakannya. Di bangsa-bangsa lain krisis ditafsirkan sebagai dua sisi dari sekeping uang logam. Di Tiongkok, ia diartikan sebagai Weiji, yang artinya “kesempatan (peluang) dalam bahaya”. Masalahnya, kalau itu dibaca orang-orang pesimistis bisa menjadi, “bahaya dalam peluang”. Kalau direduksi oleh mereka yang kalah dan frustrasi, menjadi “bahaya”. Silakan baca tulisan Rhenhald Kasali, “Kita Salah Menyikapi Krisis”.

Lo Kheng Hong, investor yang dijuluki Warren Buffet-nya Indonesia memandang krisis ekonomi justru sebagai kesempatan untuk memperbesar aset. Pada krisis 1998, asetnya jatuh hingga tinggal 15%. Namun dia tidak menyerah. Sisa asetnya dibelikannya  saham. Saat krisis usai, asetnya berlipat menjadi 150%! Baca tulisan tentang Lo Kheng Hong.

So, pada akhirnya krisis memang ditentukan oleh cara penyikapan kita.  Seperti yang tertulis dalam kamus bahasa Inggris (Merriam Webster) tentang krisis, ia adalah “A turning point for better or for worse” atau sebuah titik belok yang bisa berubah menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk.

Tabik.