Penulis
Intisari-Online.com - Dalam sejarah China, banyak kaisar, bangsawan, dan pejabat tercatat telah mengkonsumsi ramuan keabadian, dengan harapan hidup selamanya.
Pada kenyataannya, ramuan itu memperpendek hidup mereka, dan bahkan menyebabkan kematian mereka, karena ramuan tersebut sering kali mengandung zat yang sangat beracun.
Namun, ini tidak menghalangi elit China untuk mencari ramuan keabadian, dan zat mematikan ini didokumentasikan telah dikonsumsi hingga akhir abad ke-18.
Melansir Ancient Origins, pada tahun 2019, dilaporkan bahwa para arkeolog di Luoyang, sebuah kota di provinsi Henan, China Tengah, menemukan pot perunggu berisi cairan di dalamnya.
Penemuan ituterjadi di makam keluarga bangsawan dari Dinasti Han Barat, yang berlangsung dari 202 SM hingga 8 M.
Menurut laporan itu, pot berisi sekitar 3,5 liter cairan, yang awalnya dianggap oleh para arkeolog adalah sejenis minuman keras, karena mengeluarkan aroma alkohol.
Selanjutnya, sampel cairan dianalisis di laboratorium, dan ditemukan bahwa sebagian besar terdiri dari kalium nitrat dan alunit.
Hal ini membuat para arkeolog menyimpulkan bahwa cairan dalam pot adalah ramuan mitos keabadian.
Ini adalah penemuan yang signifikan, karena merupakan bukti arkeologi pertama dari ramuan keabadian di China.
Seperti timbal dan merkuri, kalium nitrat juga merupakan zat beracun.
Paparan kalium nitrat tingkat tinggi dapat menyebabkan sakit kepala, kelelahan, pusing, kesulitan bernapas, dan bahkan kematian.
Meskipun orang China pasti telah memperhatikan efek negatif merkuri dan timbal terhadap kesehatan seseorang, hal itu tidak menghalangi para elit untuk mengonsumsi ramuan keabadian yang dibuat dengan menggunakan zat beracun ini.
Tampaknyaobsesipada kehidupan abadi sepadan dengan risikonya, dan oleh karena itu ramuan beracun seperti itu terus dikonsumsi sepanjang sejarah China.
Salah satu penyebutan paling awal tentang ramuan keabadian berasal dari periode Negara-Negara Berperang, yang berlangsung dari abad ke-5 hingga ke -3 SM.
Sebuah cerita ditemukan di Zhanguo Ce (Catatan Negara-Negara Berperang) dan Hai Feizi (kumpulan esai dari aliran pemikiran Legalis) yang melibatkan ramuan keabadian. Kedua karya ini berasal dari abad ke-3 SM .
Menurut cerita ini, Qingxiang, Raja Chu, pernah diberikan 'bu si zhi yao', yang dapat diterjemahkan berarti 'obat keabadian'.
Dengan kata lain, dia disajikan dengan ramuan keabadian.
Saat bendahara membawa ramuan itu ke dalam istana, seorang penjaga di gerbang bertanya apakah itu bisa dimakan, dan ketika dia menjawab ya, penjaga itu mengambil ramuan itu, dan memakannya.
Salah satu kasus kematian paling terkenal akibat keracunan obat mujarab adalah kasus Qin Shi Huang, kaisar pertama China.
Ada banyak cerita tentang obsesi Qin Shi Huang dengan keabadian.
Pada tahun 2017, satu set slip kayu ditemukan di Hunan, sebuah provinsi di China Tengah.
Slip berisi perintah eksekutif kaisar untuk mencari ramuan keabadian di seluruh negeri, dan balasan resmi dari pemerintah daerah.
Salah satu cara Qin Shi Huang berharap untuk mencapai keabadian adalah melalui konsumsi ramuan keabadian, yang sebenarnya pil merkuri, disiapkan oleh fangshi-nya (dapat diterjemahkan berarti 'ahli alkimia').
Qin Shi Huang tercatat meninggal karena keracunan merkuri.
Kematian Qin Shi Huang karena keracunan ramuan tampaknya tidak menghalangi kaisar masa depan untuk mencari keabadian dengan cara yang sama.
Dengan demikian, selama sejarah panjang China, banyak kaisar lain menemui ajalnyakarena ulah mereka sendiri karena mengonsumsi ramuan untukmemperoleh keabadian.