Penulis
Intisari-Online.com – Tidak ada yang menyenangkan dari munculnya rasa marah. Sering kali, bahkan rasa marah membuat kita melontarkan kata-kata negatif atau perbuatan negatif yang menyakiti orang lain dan diri sendiri. Namun, tahukah kita bahwa ternyata, rasa marah juga punya dampak positif?Saat marah, kita bisa merasakan bagaimana jantung bisa berdebar dengan keras, ataupun kepala yang terasa panas hingga pelipis. Adrenalin dan energi memuncak. Kita cenderung ingin melepaskan kemarahan dengan beragam tindakan yang sayangnya, bila tidak dikelola hanya akan menimbulkan dampak destruktif. Jika begitu, pertanyaannya, bagaimana mengelola rasa marah menjadi hal yang berdampak positif?Melalui bukunya yang berjudulStep Up: Lead in Six Moments that Matter,Henry Evans dan Colm Foster mengungkapkan bagaimana kemarahan konstruktif ternyata juga bisa mendorong hasil bisnis menjadi lebih baik. Tak hanya itu, di sana juga dijelaskan terkait kunci menggunakan kemarahan tanpa merusak hubungan, yakni: fokus dan percaya diri.
Saat kita merasa kesal, kita akan cenderung fokus hanya pada sumber kemarahan. Kita ingin langsung masuk ke inti masalah. Dengan kata lain, kemarahan juga memungkinkan kita untuk fokus dan mencurahkan perhatian kita pada tugas yang paling penting di hari itu. Selain itu, lonjakan adrenalin yang kencang juga memungkinkan kita untuk menyelesaikan masalah tersebut tanpa hambatan. Dengan pengetahuan dan cara yang benar, kita bahkan bisa menggunakan kemarahan untuk menjadi lebih produktif.
Ubah fokus
Coba bayangkan keadaan ini, ketika atasan mengkritik pekerjaan dan memberitahu betapa mengerikannya hal yang sudah kita lakukan, maka hal yang mungkin kita lakukan adalah berdebat dan mencoba untuk membuktikan bahwa ia salah. Di sisi lain, sayangnya, hal itu tidak akan berarti apa-apa, bila yang kita lakukan hanyalah berdebat.
Sebaliknya, kita bisa coba untuk segera mengalihkan fokus kita ke hal yang lain. Alih-alih menghabiskan waktu untuk marah dan berdebat dengan orang lain, kita bisa mencoba berpikir dan melakukan hal lain untuk memperbaiki situasi. Dalam prosesnya, kemarahan pun akan berkurang.
Adapun cara lainnya adalah dengan mengalihkan perhatian kita untuk sesuatu yang tidak berhubungan, namun penting bagi kita sendiri. Kita bisa mengganti oli mobil, atau merapikan laci kantor. Lonjakan adrenalin karena rasa marah membuat kita memiliki lebih banyak energi untuk melakukan pekerjaan fisik yang berguna, tanpa harus menghabiskannya untuk melakukan sebuah tindakan yang destruktif dan merusak hubungan.
Rasa marah juga punya dampak positif. Bila dikelola dengan benar, kemarahan adalah motivator kuat yang mampu membantu kita menjadi produktif.(Pickthebrain)