Penulis
Intisari-Online.com - Saat tersesat atau nyasar, pria lebih rela berjalan sejauh 900 mil (sekitar 1448 km) daripada harus bertanya arah kepada orang lain. Jarak ini merupakan total dari jarak “tak perlu” yang diambil pria sepanjang hidupnya ketika tersesat.
Survei yang mengungkap temuan tersebut juga menemukan fakta bahwa saat tersesat, hanya 6 persen pria yang memeriksa peta atau meminta bantuan untuk menghindari jarak tempuh tambahan.
Sebanyak 14 persen pria juga begitu keras kepala bahwa mereka mampu menemukan rute alternatif daripada mengakui mereka telah salah memilih jalan.
Rata-rata pria Inggris akan melakukan perjalan ekstra dan sia-sia sebanyak 1,5 mil (sekitar 2,4 km) per bulan sebelum mengoreksi kesalahannya yang jika dijumlah mencapai 18 mil (sekitar 29 km) per tahunnya.
Jika dihitung dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun, maka ada 225 jam atau 13.500 menit waktu para pria terbuang sia-sia di jalan raya dengan perasaan waswas.
Dari hampir 1.000 responden, 94 persen mengatakan wanita umumnya lebih baik dalam navigasi meskipun pria sering enggan mengakuinya.
Satu dari tiga mengatakan mereka bereaksi dengan marah kepada pasangan yang mulai merasa mereka telah salah arah yang biasanya mengarah ke situasi buruk saling mengadu argumen.
Setelah tersesat, 14 persen pria mengatakan mereka menolak untuk berhenti atas dasar bahwa 'semua jalan akhirnya mengarah ke tempat yang sama'. Lebih dari setengah dari pria yang disurvei indra yang buruk dari mereka tentang arah telah menambah waktu ekstra hingga 20 menit untuk berjalan kaki.
Seorang juru bicara TrekAce, pembuat alat bantu navigasi bagi pejalan kaki, yang melakukan jajak pendapat ini, mengatakan: "Ini luar biasa untuk berpikir bahwa kita menyia-nyiakan begitu banyak waktu kita yang berharga untuk tersesat.
"Hasil survei ini memperkuat anggapan umum yang banyak dipercaya selama bertahun-tahun bahwa laki-laki bukanlah navigator terbaik.
(dailymail.co.uk)