Find Us On Social Media :

Menyelami Budaya Ngopi Gresikan

By Agus Surono, Minggu, 17 Agustus 2014 | 09:00 WIB

Menyelami Budaya Ngopi Gresikan

Intisari-Online.com - Jika ke Gresik jangan hanya mengingat bandengnya saja. Tapi juga kedai kopi. Mengamati budaya ngopi di Gresik pun mengasyikkan.

Dari mana budaya ngopi itu muncul? Ayos Purwoaji dalam artikelnya di The Travelist.com mengungkapkan bahwa budaya ngopi itu muncul karena Gresik dulunya menjadi kota pelabuhan yang penting. Ngopi menjadi salah satu kebutuhan pelaut yang singgah di situ. Kondisi ini mirip dengan Belitong yang memiliki akar tradisi ngopi padahal tak punya kebun kopi.

Begitu juga Gresik. Tak ada satu pun pohon kopi tumbuh di wilayah pesisir ini. Namun budaya ngopi di kota penghasil semen dan sarung ini begitu kuat. Ratusan, bahkan ribuan warung kopi berjejer di seluruh penjuru Gresik.

Para pengusaha kopi Gresik ini mulai melebarkan sayapnya. Di Surabaya dikenal 'warung gresikan'. Sedangkan di Yogyakarta ada jaringan raksasa warung kopi tradisional, Blandongan, yang dimiliki orang Gresik. Alhasil, cita rasa budaya kopi Gresik pun menyebar.

Apa ciri khas warung kopi gresikan?

Desain warung kopi gresikan sangat khas. Biasanya terdapat sebuah bar berbentuk persegi yang mengelilingi sang barista. Di atas bar inilah segala macam rupa gorengan tersaji, mulai dari dadar jagung, pisang goreng, hingga tahu isi. Tapi jangan harap kita menemukan berbungkus-bungkus sego kucing seperti model angkringan di Jogja.

Jika kita lapar dapat memesan seporsi mie instan. Pada setiap bar warung gresikan juga biasanya terdapat jajaran botol kaca minuman berkarbonasi, toples kerupuk, korek gas yang digantung, dan untaian minuman instan. Pengunjung bisa duduk di kursi kayu panjang yang mengitari bar kecil ini. Dari tempat duduk inilah kita bisa menyaksikan bagaimana barista menyeduh kopi.

Penyeduhan kopi gresikan ini biasa saja. Secangkir kecil kopi panas hitam diguyur air panas tua (sudah mendidih berkali-kali) lengkap dengan rasa super manis dan tekstur yang kental. Sesederhana itu, namun rasanya cukup untuk membuat mata terjaga semalaman.

Salah satu warung kopi yang bisa kita sambangi saat ke Gresik adalah Warkop Pak Rochim. Lokasinya di belakang Masjid Jami. Bisa dibilang warung ini sudah melegenda. Bondan Winarno memberikan nilai istimewa untuk citarasa kopi yang dimiliki warung ini. Crema kopi dari warung ini memang istimewa. Crema adalah busa yang muncul di atas permukaan secangkir kopi. Busa ini terbentuk terbentuk oleh karbondioksida yang secara alamiah muncul ketika menyeduh kopi. Pria lokal memanfaatkan crema ini untuk ‘nyethe’, yaitu mengolesi permukaan rokok dengan sari kopi.

Jangan lupa untuk mencoba coffee brewing ala Gresik yang lebih ekstrim: Kopi Kopyok. Ini adalah kopi yang ditumbuk (dikopyok) dengan lesung dan hasilnya diseduh dengan segelas air panas. Ampas kopi yang masih kasar pun perlahan naik, mengambang dan memenuhi permukaan gelas.

Cara brewing seperti itu menghasilkan citarasa yang lebih kuat karena aroma kopi tidak gampang menguap seperti seduhan kopi bubuk. Kopi Kopyok bisa ditemukan di Warkop Cak Rochim atau Warkop Jasmin di Kecamatan Sidomoro, Gresik.