Find Us On Social Media :

Ini Dia, James Bond CIA

By Agus Surono, Senin, 27 Februari 2012 | 06:00 WIB

Ini Dia, James Bond CIA

Intisari-Online.com - Julukan tersebut diberikan kepada Duane R. Clarridge atas sepak terjang, prestasi, dan kepiawaiannya sebagai perwira CIA yang memimpin berbagai operasi intelijen di seluruh dunia. Dari Kathmandu ke Kuwait, Baghdad sampai Managua, atau saat bermain mata dengan KGB dan tersandung Skandal Iran-Contra. Benar tidaknya julukan itu terjawab dalam buku A Spy of All Seasons, yang ditulisnya setelah 33 tahun bertugas di Badan Intelijen Pusat AS tersebut.

Lelaki tampan dan ramah ini adalah perwira intelijen tertinggi Amerika Serikat yang secara langsung terlibat dalam berbagai operasi rahasia di seluruh dunia. Kariernya dimulai ketika Central Intelligence Agency (CIA) bertandang ke Columbia, guna merekrut calon anggota korps intelijen internasional yang baru saja dibentuk. Bagi Dewey, begitu panggilan akrab Duane Ramsdell Clarridge, kesempatan itu merupakan tantangan yang menjanjikan berbagai petualangan menarik serta bisa menerapkan pengetahuan yang dipelajari di bangku kuliah.

Ibarat kail mendapatkan ikan, apa yang diminati Dewey klop dengan yang diinginkan CIA. Kecocokan itulah yang kemudian diterjemahkan Dewey selama 33 tahun malang melintang sebagai agen CIA yang andal dalam mencuri informasi rahasia, menyulut peperangan, mendukung kekuatan-kekuatan demokrasi, memerangi aksi terorisme, menyelamatkan nyawa, dan mempengaruhi langkah kebijakan luar negeri AS. Peran yang dimainkannya dalam setiap operasi intelijen amat beragam. Ia pernah menyusup ke Irak secara rahasia untuk membujuk Presiden Saddam Hussein menyerahkan seorang teroris buruannya, meski kemudian gagal. Tergambar pula kepiawaian, ketekunan, dan kesabarannya ketika merekrut seorang agen dari negara Eropa Timur menjadi informan CIA. Sampai pada akhirnya dengan penuh tanggung jawab Dewey menghadapi kenyataan pahit, diadili atas tuduhan terlibat dalam Skandal Iran-Contra.

Panggilan hidup

Bisa jadi karena pengaruh kehidupan intelektual kedua orang tua saya yang dokter gigi, Duane Herbert Clarridge dan Alice Scott Ramsdell, sejak kecil saya sudah tertarik pada masalah-masalah politik. Lahir pada tanggal 16 April 1932 di Nashua, New Hampshire, masa remaja saya berjalan cukup menyenangkan. Masa itu perang dingin antara AS dan Uni Sovyet dan negara-negara komunis sudah cukup menarik perhatian kaum muda. Itulah sebabnya, selain mengambil kursus bahasa dan sejarah Uni Sovyet dan Asia Tengah, selepas SMU saya mendaftarkan diri pada tiga perguruan tinggi sekaligus. Yakni John Hopkins School of Advanced International Studies, Schools of International Affairs Columbia, dan Russian Institute. Dua pilihan pertama diterima, tapi saya gagal di Russian Institute. Akhirnya, pilihan jatuh pada Schools of International Affairs Columbia, Washington.

Pada bulan Februari 1954 datanglah orang-orang dari CIA ke Columbia untuk merekrut calon pegawai. Saat itu nama CIA belum begitu dikenal orang lantaran masih baru. Proses perekrutannya pun belum begitu rumit seperti sekarang. Mereka datang ke universitas-universitas, mewawancarai para dosen dan profesor apakah ada mahasiswanya yang cocok untuk mereka ambil.

Karena hasil studi tahun pertama dinilai bagus, akhirnya saya diterima masuk di Russian Institute. Berbareng dengan itu saya mulai menjalin hubungan serius dengan Maggie. Akhirnya, pada akhir studi di Russian Institute, saya menikahi Maggie di Columbia, Indiana, 2 April 1955. Nah, barangkali tinta yang tertulis di ijazah MA saya belum lagi kering datanglah panggilan dari CIA pada bulan Mei 1955.

Ketika itu markas besar CIA di Langley belum selesai dibangun. Beberapa kantornya masih tersebar di beberapa tempat. Setelah melapor ke sebuah gedung kayu yang terletak di Jln. Ohio Drive sepanjang Potomac, Washington, tak begitu jauh dari Lincoln Memorial Reflecting Pool, saya mengikuti orientasi pendahuluan bersama dengan calon pegawai lainnya.

Pada awalnya lembaga ini hanya memiliki dua direktorat utama, yakni Direktorat Operasi (DO) dan Direktorat Intelijen (DI). Direktorat Operasi yang juga sering disebut Clandestine Services bertugas mengumpulkan data intelijen umum yang bia-- sanya digali dari sumber-sumber manusia; mencari sasaran kontra intelijen; dan melakukan operasi rahasia baik politis ijaaupun militer untuk melindungi kepentingan AS di luar negeri. Pada saat saya bertugas, yang dipandang sebagai ancaman kepentingan AS adalah pengaruh komunis Sovyet dan Cina serta negara-negara bonekanya. Sebaliknya, Direktorat Intelijen mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai macam sumber (termasuk dari Direktorat Operasi) untuk diolah dan dianalisis. Dari situ kemudian dibuat penilaian dan kesimpulan mengenai tren politik, ekonomi, dan militer dunia. Evaluasi ini diberikan kepada presiden AS dan para pembuat keputusan, sehingga langkah atau kebijakan politik yang mereka putuskan benar-benar berdasarkan informasi lengkap.

Sebenarnya, keputusan ke bagian mana kita akan ditugaskan sudah dibuat berdasarkan hasil tes pendahuluan, latar belakang akademis, dan minat kita. Buktinya, tanpa diajak rembukan sebelumnya, tahu-tahu saya harus masuk ke Clandestine Services atau Direktorat Operasi. Sebulan setelah itu saya menjalani serangkaian tes uji kebohongan sebagai tahap akhir perekrutan.

Kandidat yang sebelumnya sudah memiliki gelar sarjana muda di lembaga ini diberi peringkat GS-5 (setingkat dengan letnan dua dalam militer); seorang master dihargai sebagai GS-7, dan seorang yang bergelar Ph.D (doktor) peringkatnya GS-9. Tingkat yang lebih tinggi lagi setelah itu adalah GS- 11, dan seterusnya.

Selama minggu-minggu orientasi, sebagian besar waktu kami dijejali dengan serangkaian pelajaran mengenai sejarah dan profil beberapa negara tertentu. Informasi itu diberikan oleh Direktorat Intelijen. Terkadang kami diberi tugas kecil atau simulasi. Juga diajari bagaimana melakukan briefing intelijen dari yang sederhana sampai yang rumit. CIA kemudian memilah-milah kami untuk penugasan sesuai dengan keahlian akademis kami masing-masing.

Lantaran belum menjalani wajib militer, tahun 1950-an CIA memberi pilihan kepada kami para calon anggotanya, menjalani wajib militer di Angkatan Darat atau Angkatan Udara. Sesuai dengan peraturan yang ada, program di AU dirasa lebih gampang. Setelah menjalani latihan dasar, yang bersangkutan masuk ke sekolah calon perwira (officer candidates school = OCS) dan berdinas di AS selama 2 tahun sebelum kemudian kembali bergabung dengan CIA.