Find Us On Social Media :

Kisah Unik Para Presiden AS

By Agus Surono, Rabu, 21 Maret 2012 | 12:12 WIB

Kisah Unik Para Presiden AS

Intisari-Online.com - Tahukah Anda bahwa Reagan pernah tersedak kacang, Nixon dipancing wanita topless, dan Carter diserbu kelinci? Siapa lagi yang bisa mengungkapkan kejadian-kejadian seperti itu, kalau bukan pengawal pribadinya. Mungkin Anda tercengang kalau tahu apa yang akan dilakukan agen rahasia, bila Anda terlalu lama berjabatan tangan dengan presiden. Semuanya itu diungkapkan dalam Confession of an Ex-Secret Service Agent oleh George Rush. 

Marty Venker geram sekali, ketika Senator Robert Kennedy dan Martin Luther King Jr. dibunuh. Saat itu ia mahasiswa yang aktif turun ke jalan dan juga pemain gitar dalam band Soul Seaker. Ia merasa orang-orang yang berani berkata "tidak" macam Robert Kennedy sepatutnya dilindungi lebih baik.

Jadi, ketika ia membaca di Dinas Rahasia ada lowongan, ia melamar. Padahal ia sudah di tingkat terakhir dan memilih kuliah utama marketing. Ia juga sudah 1,5 tahun bekerja di Departemen Keuangan Biro Alkohol, Tembakau, dan Senjata Api.

Belajar menggiring presiden

Saat mendaftar itu umur Marty 22 tahun, tingginya 180 cm, dan beratnya 90 kg. Kondisinya sedang bagus-bagusnya. Apalagi wajahnya lumayan sedap dipandang di televisi. Marty lulus, padahal jumlah pelamar jauh melebihi yang dibutuhkan.

"Musim gugur 1971 saya terbang ke Washington, DC. Saya menginap di sebuah hotel di dekat Gedung Putih untuk mengikuti kursus teori selama enam minggu. Di siang hari saya mendengarkan ceramah tentang hukum, pemadaman kebakaran, perang atom, perang biologis, dan perang kimia. Kami juga belajar mempraktikkan 'pengobatan sepuluh menit', yaitu cara mengusahakan agar seseorang yang celaka bisa hidup sepuluh menit lagi.

"Kami juga mempelajari aturan-aturan protokoler diplomatik: bagaimana bisa tetap tenang di tengah orang-orang berkuasa yang biasanya amat peka dan bagaimana menenangkan mereka. Kami mempelajari tingkah laku dan sifat-sifat massa, jalan pemikiran gerombolan perusuh, bagaimana memperhitungkan titik ledak massa, kapan suatu kerusuhan masih dapat ditenangkan dan kapan kami harus segera menyingkir. Instruktur kami mengutamakan pemecahan masalah secara rasional. Jika di tengah kerumunan ada orang yang mencurigakan, kami harus bertindak sedemikian rupa sehingga tidak menarik perhatian. Penahanan atau penyerbuan itu bukan tugas kami, tetapi bagian kepolisian."

"Kami diajak berkunjung ke rumah sakit jiwa dan dokter di sana memberikan petunjuk cara membedakan antara orang yang gila saja dan orang gila yang juga bengis dan bakal menimbulkan kerusuhan. Pelajaran pada malam hari berat. Kami dibawa ke Beltsville, Maryland, ke pusat latihan Dinas Rahasia yang sekilas seperti gedung SMP saja. Gedung-gedungnya terbuat dari batu bata, hanya satu tingkat dan dikelilingi tanah seluas 24 ha.

"Kami memerankan adegan menggiring presiden di tengah-tengah kerumunan massa. Sekilas seperti sedang bermain basket. Salah seorang dari kami pura-pura menjadi presiden, empat yang lainnya mengelilinginya dalam bentuk berlian. Kami pura-pura menggiringnya dari lobi hotel ke mobil, kemudian terjadi serangan."

Jangan membungkuk

Senjata utama kami pistol Smith and Wesson Model 19 berkaliber .357, yang biasanya saya taruh di pinggang kiri. Saya pandai menembak, tetapi justru paling tidak suka membawa senjata api. Sejauh yang saya ketahui, Dinas Rahasia memang tidak suka kepada orang-orang yang senang main tembak. Tugas utama kami adalah justru menghindari tembak-menembak."

"Kami sering disuruh menonton film peristiwa pembunuhan yang benar-benar terjadi. Yang paling menarik adalah film yang di-shoot oleh Abraham Zapruder pada tanggal 22 November 1963 di Dallas. Dalam film itu terlihat hal-hal mengerikan yang umumnya tidak diketahui orang. Misalnya bagaimana sebagian otak Presiden Kennedy berceceran di tubuh Jackie. Berulang-ulang saya menonton film itu. Instruktur kami tidak ingin kami melupakan film itu."