Sulap di PD II (7): Terusan Suez Hilang!

Agus Surono

Penulis

Sulap di PD II (7): Terusan Suez Hilang!

Intisari-Online.com -Terusan Suez merupakan jalan penghubung yang paling penting bagi perbekalan Inggris. Terusan itu menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah. Kalau Jerman berhasil menutup atau memblokirnya sementara waktu saja (untuk itu cukup menengelamkan sebuah kapal di terusan sempit itu), maka iring-iringan kapal yang membawa perbekalan Inggris harus menempuh jalan yang panjang dan berbahaya melewati Cape of Good Hope di Afrika Selatan. Akibatnya, tentara Commonwealth akan menderita.

Rommel juga membutuhkan terusan itu, yang bisa diperolehnya kalau Eight Army di Afrika sudah dikalahkan. Jadi, kemungkinan besar tidak akan dibom. Namun, Inggris takut Jerman berhasil menutupnya untuk sementara.

Untuk mencegah Jerman menenggelamkan kapal atau menjatuhkan ranjau ke terusan itu, maka terusan itu dipasangi jala antitorpedo untuk menangkap benda-benda yang dijatuhkan dari udara, sementara alat-alat penyapu ranjau terus-menerus berpatroli.

Ketika mendengar keberhasilan Maskelyne, Canal Defence Force mengajukan permintaan supaya kanal itu dilenyapkan dari pandangan Jerman!

Jerman diketahui bisa melenyapkan sungai dekat pabrik-pabrik mereka dengan menyebarkan debu batubara di permukaan air, sehingga sungai tampaknya seperti jalan. Namun Inggris tidak bisa memperlakukan Terusan Suez dengan cara itu. Soalnya, Jerman tahu betul di mana tepatnya terusan itu berada.

Maskelyne yakin dapat melenyapkan Terusan Suez dari pandangan dengan mempergunakan lampu sorot antipesawat untuk membuat tabir cahaya sekitar terusan. Tidak mungkin untuk melihat terusan melalui tabir yang menyilaukan itu.

Namun pada musim gugur 1941 itu lampu sorot langka di Afrika Utara. Yang ada pun sering dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lain yang diperkirakan akan dibom. Karena Maskelyne hanya akan memperoleh sedikit saja lampu sorot, berarti ia harus memperbesar kekuatan lampu sorot itu. Dalam hal cahaya ini ia ahli. Dengan reflektor setiap lampu sorot cahayanya dibagi menjadi 24 sorotan. Berkat reflektor yang tepat dan sudut yang tepat, setiap sorotan mampu menutupi area di langit sebesar yang bisa ditutupi oleh sorotan yang orisinal. Jika ke-24 reflektor diputar cepat, cahaya yang terpantul ke udara akan berputar pula.

Untuk menguji keampuhan tabir cahaya itu baginya disediakan sebuah C-47 Dakota dan sebuah Spitfire. Maskelyne mengundang Prof. M.W. Sawyer, seorang ahli fisika cahaya yang terkenal dari Cairo University untuk ikut dengan pesawat.

Otak serasa copot

Malam tanggal 21 September 1941, dua pesawat itu terbang 12.000 kaki di atas gurun Afrika Utara. Maskelyne dan Sawyer menumpang Dakota. Ketika Kairo tampak berkedip-kedip di kejauhan, Maskelyne memberi tanda agar awak lampu sorot mulai melakukan tugasnya. Mula-mula tampak secercah cahaya di gurun yang hitam, yang ditujukan agar ke kiri pesawat. Cahaya itu cokelat suram. Tetapi makin lama warnanya lebih menyala. Dari cokelat ia menjadi jingga, lalu kuning, kemudian putih. Dua puluh empat sorotan membelah langit. Kedua pilot mengerahkan pesawat ke sumber cahaya itu. Di darat Frank Knox mengecek apakah semua anak buahnya sudah memakai kedok berkaca hitam dan memperingatkan mereka agar jangan sampai memandang langsung pada cahaya.

Kemudian cahaya bersinar penuh dan mulai diputar. Mula-mula putarannya perlahan, lalu berangsur cepat.

Di udara Maskelyne mengawasi cahaya menyilaukan yang mulai berputar-putar. Tahu-tahu ia merasa mual. Ketika Dakota masuk ke cahaya, dunia dirasakannya terbalik. Maskelyne memejamkan matanya, tetapi cahaya seperti menembus. Ia menutup matanya dengan tangan, tetapi sia-sia saja. Ia merasa otaknya seperti dicopot dari tengkorak. Dakota mencoba menghindar ke luar cahaya, tetapi kehilangan keseimbangan dan penumpang merasa jungkir balik. Lengan Prof. Sawyer luka, karena ia terbanting mengenai sekat pada pesawat.

Ketika itu di darat tidak ada yang tahu apa yang dialami dua pesawat mereka di udara. Pilot Dakota berusaha menguasai pesawatnya, tetapi tidak berhasil. Maskelyne mencoba menjambretwireless-nyatetapi tidak ketemu.

Di bawah Knox melihat arlojinya. "Sudah cukup," pikirnya. "Tidak ada gunanya berlama-lama lagi. Nanti menarik perhatian Jerry." Ia memerintahkan agar cahaya dipadamkan.

Putaran cahaya berkurang, cahaya mulai memudar. Pilot Dakota yang berusaha menyelamatkan pesawatnya kini bisa melihat alat pengukur ketinggian. Pesawatnya cuma 600 kaki dari tanah dan terus turun. la bereaksi dengan cepat untuk menaikkan pesawatnya. Ketika ia berhasil beberapa saat kemudian, Maskelyne bisa menarik napas lega.

Spitfire lebih gawat lagi keadaannya. Ia merosot sampai 400 kaki dan masih terus menuju ke bawah, dalam keadaan terbalik. Setelah berhasil menyelamatkan diri, di darat pilotnya berolok-olok bahwa si Spit gatal punggungnya dan ingin menggosokkannya ke pasir.

Kedua pesawat akhirnya mendarat dengan selamat. Maskelyne turun dalam keadaan mual dan gemetar. Lengan Prof. Sawyer perlu dijahit. Mereka dan kedua pilot dimasukkan ke rumah sakit untuk pemeriksaan lengkap dengan observasi.

Akhirnya, Terusan Suez dilindungi oleh 21 lampu sorot, yang kalau dinyalakan bisa menciptakan tabir cahaya yang berputar-putar di langit Mesir. Pada bulan-bulan berikutnya pesawat musuh mencoba berulang-ulang untuk menembus Whirling Spray, tetapi tidak ada yang berhasil. Karena dianggap ampuh, maka alat yang serupa dipakai pula di Inggris untuk melindungi Inggris dari serangan udara Jerman. Tidak diketahui persis berapa jumlah Heinkel dan Messerschmitt yang jatuh akibat terpukul cahaya itu.