Find Us On Social Media :

Rupert Murdoch, 'Buldoser' dari Selatan

By Agus Surono, Jumat, 5 Oktober 2012 | 19:00 WIB

Rupert Murdoch, 'Buldoser' dari Selatan

Intisari-Online.com - Ibarat angin puting beliung, ia menyapu bersih apa saja yang dilewatinya. Dari sebuah koran kecil di Adelaide, Australia, Murdoch telah membangun sebuah imperium bisnis di bidang telekomunikasi. Murdoch tak cuma personifikasi energi, keuletan, ketangguhan, dan ketegaran dunia bisnis. Kesuksesannya adalah gabungan ketajaman naluri seorang pengusaha dan penjudi, seperti yang dipaparkan oleh William Shawcross dalam Murdoch (Simon & Schuster: 1992)

Zurich, 6 Desember 1990, pagi-pagi Murdoch berjuang merayu para pejabat Credit Suisse. Sorenya ia sudah terbang ke London bersama Dave DeVoe, direktur keuangannya yang baru. Mereka sedang berkutat menyelamatkan News Corporation (News Corp), salah satu raksasa kelas dunia yang menguasai lebih dari 70% pers Australia, 30-40% pers Inggris, dan sebuah jaringan televisi besar di AS. Rupert Murdoch si "Raja Koran Kuning" memang sedang bergulat keluar dari kemelut yang membelit perusahaannya.

Krisis sebenarnya telah berjalan beberapa minggu, tapi yang tergawat justru datang dari sebuah bank kecil di Pittsburgh, AS. Dibandingkan dengan volume kredit keseluruhan News Corp., kredit dari bank ini tak seberapa, hanya AS$ 10juta. Namun bank kecil ini tidak mengenal News Corp. dan tidak peduli bahwa News Corp. cuma menghadapi masalah likuiditas, bahwa mereka mempunyai aset lebih dari cukup dan rencana bisnis yang baik.

Baru setelah pelbagai manuver dilakukan, pihak bank Pittsburgh dapat diyakinkan dan mau memberikan perpanjangan waktu pembayaran. (Bila News Corp. melunasi utang di satu bank, bank-bank lain akan menuntut hal sama yang akan berakhir pada gulung tikarnya perusahaan raksasa ini.)

Gara-gara salah perhitungan

Krisis dimulai pada awal 1990, ketika resesi ekonomi dunia lebih gawat daripada yang diduga. Salah satu gejala awal akan terjadinya krisis likuiditas adalah ketika dalam paruh pertama tahun itu, Jepang menarik diri dari pasar uang jangka pendekdi Australia. Dalam pasar ini News Corp. mempunyai jalur pinjaman sampai sebesar Aus$ 200 juta untuk dibayar dalam waktu semalam, 7 hari, atau 30 hari.

Pertengahan tahun itu juga, uang benar-benar seret. Padahal News Corp. mempunyai utang jangka pendek yang amat banyak, AS$ 2,3 miliar, enam kali lipat tahun sebelumnya. Rupanya Murdoch telah memperhitungkan bunga utang jangka pendek akan turun, namun nyatanya bunga malah meroket. Kesalahan yang amat serius.

Selama 40 tahun Murdoch tidak pernah sekali pun meleset memenuhi kewajiban pembayaran utang. Tapi September 1990 perusahaannya harus memilih: membayar atau menjadwalkan kembali utang jangka pendek sebesar Aus$ 500 juta. Lebih gawat lagi, dalam waktu beberapa bulan berikutnya mereka harus pula melunasi kewajiban utang lain sebesar Aus$ 2,9 miliar. Benar-benar runyam.

Dengan berat hati bank-bank memberikan waktu perpanjangan selama satu bulan dan menunjuk Citibank, sebagai kreditur terbesar perusahaan ini, untuk menguraikan benang kusut dan merestrukturisasikan News Corp. Penanganan proyek yang diberi nama sandi "Dolphin" ini diserahkan kepada Ann Lane, salah seorang wakil presiden Citibank yang baru berusia 34 tahun.

Bagi seseorang yang baru saja merestrukturisasi perusahaan Donald Trump, ini tentu bukan barang baru. Tapi membayangkan apa yang dihadapinya saja orang bisa puyeng. Akibat gerak cepat Murdoch berekspansi yang bak angin ribut, News Corp. mempunyai utang kepada 146 lembaga keuangan dari segala penjuru dunia: Australia, Inggris, Jepang, AS, Belanda, Singapura, Hongkong, India, dll. dan dalam 10 jenis mata uang. Perusahaan yang bernaung di bawah bendera News Corp. berjumlah ratusan, dan masing-masing memiliki jenis utang yang berbeda dengan jaminan yang berbeda-beda pula. Di pihak lain, harga saham News Corp terus turun.

Sampai saat itu tidak dapat disangkal Murdoch adalah wiraswastawan sejati yang amat tangguh. Dari warisan sebuah surat kabar kecil di Adelaide, Australia, pemsahaannya telah berkembang demikian meraksasa.

Ayahnya pahlawan