Find Us On Social Media :

Perang Itu Nafkahnya (3)

By Agus Surono, Rabu, 31 Oktober 2012 | 12:10 WIB

Perang Itu Nafkahnya (3)

Intisari-Online.com - Dalam sejarah militer, orang Gurkha adalah legenda. Dalam kisah peperangan, Gurkha adalah sosok prajurit yang menakutkan dan dianggap "mesin "perang infanteri. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, Gurkha sesungguhnya juga manusia biasa. Kisah legendaris prajurit Gurkha inilah yang diuraikan Christopher Chant dalam buku Gurkha: The Illusrated History of an Elite Fighting Force (1985).

Sejak ditariknya orang-orang Gurkha menjadi prajurit sewaan Inggris, mereka terus dilibatkan dalam pelbagai peperangan. Mulai dari tahun 1817 dikirim untuk menumpas gerombolan dan pemberontakan di India, menjaga perbatasan barat laut India. Namanya kian tenar setelah ikut dalam PD I di Prancis dan Galipoli di Turki. Begitu pula ketika ikut bertempur dalam PD II di medan Afrika Utara, Asia Tenggara, dan Italia. Bahkan dalam Perang Malvinas antara Inggris melawan Argentina pada tahun 1982, prajurit Gurkha datang ke Malvinas menjadi ujung tombak pasukan Inggris.

Saat Inggris menyerang Malvinas, komandan Inggris tampaknya agak keterlaluan. Inggris mengirim satu batalion Gurkha sebagai penggempur pertamanya, termasuk serdadu-serdadu asal Skotlandia dan Welsh. Pasukan Gurkha ini mendarat di dekat Port Stanley (pelabuhan di Malvinas). Tapi intelijen Argentina mendapat informasi bahwa Inggris mengirim pasukan Gurkha nomor satunya. Akibatnya, nyali prajurit-prajurit Argentina menjadi ciut. Apalagi kemudian tersiar kabar bahwa pasukan Gurkha itu bahkan membunuhi rekan-rekannya sendiri yang terluka. Beredar pula isu bahwa tentara Gurkha belum apa-apa sudah menggorok 40 tentara Argentina. "Kebetulan sekali mereka tahu kedatangan kami, tapi mereka sebelumnya sudah ketakutan," ucap komandan pasukan Gurkha itu.

Kabar burung ini makin memuncak hingga saat penyerbuan sebenarnya di Port Stanley. Begitu takutnya prajurit Argentina kepada pasukan Gurkha ini, sehingga dikabarkan ada pos penjagaan Argentina - lengkap dengan senjata dan amunisi berat miliki Argentina - yang ditinggalkan tentaranya yang hengkang saat penyerbu tiba. "Sebetulnya hal itu bikin frustrasi tentara kami," komentar sang komandan Gurkha. "Kami menyerbu tapi tak menemukan musuh. Tugas kami selesai, tapi kami tak memenangkan peperangan ini!"

Reputasi prajurit Gurkha dalam Perang Malvinas ini ternyata amat hebat dan kian melambungkan citra mereka sebagai prajurit perang yang andal. Dalam perang itu tercatat hanya satu prajurit Gurkha yang gugur. Itu pun bukan tewas tersambar peluru lawan, melainkan tewas saat ditugaskan membersihkan medan ranjau sesaat setelah perang usai.

Kukri yang haus darah

"Kami sendiri tak tahu, tapi kenyataan bahwa kehebatan orang Gurkha sudah begitu legendaris - terutama pisau kukri-nya," ucap si komandan pasukan Gurkha. Kukri, pisau baja panjang dan melengkung itu pisau khas Nepal - bukan khas Gurkha. Kukri di Nepal digunakan untuk segala macam keperluan. Mulai dari menetak barang atau menebang pohon, sampai membacok hewan kurban dan mengiris daging di dapur. "Tentunya memang amat ampuh digunakan sebagai pisau komando Gurkha," ujar seorang prajurit Gurkha sambii menambahkan kekeliruan orang yang menganggap kukri digunakan macam pisau pembidik atau bumerang.

"Kukri tidak pernah ditimpukkan atau dilayangkan. Kukri ya pisau. Bisa digunakan untuk menusuk atau menebas. Cuma bagi orang Gurkha sejati, kukri tidak pernah dicabut dari sarungnya tanpa meminta darah. Makanya seorang prajurit Gurkha selalu mengiris kecil ujung jarinya saat'mereka membersihkan kukri kesayangannya. "Kukri tempur itu haus darah, kukri dapur tidak," ujar prajurit Gurkha itu mencoba menjelaskan.

Segala puja-puji tentang Gurkha telah menjadi standar sanjungan. Sikap mereka memang amat patuh kepada pimpinan, siapa pun dia. Pernah seorang komandan Inggris yang mendapat laporan tentang seorang serdadu Gurkha yang sedang sekarat, lalu mendatangi anak buahnya itu. "Kamu tidak boleh mati!" ujar sang komandan dalam sikap sempurna. Serdadu Gurkha itu memang taat kepada perintah komandannya, tidak lama kemudian ia betul-betul sembuh dan'tidak jadi mati. Tidak jelas benar apakah kisah ini fakta atau sekadar isu. Tapi kisah-kisah tak masuk akal semacam itu memang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari legenda prajurit Gurkha. (Intisari)