Find Us On Social Media :

Invasi Militer di Ukraina Hanya Permulaan, Terungkap Negara Nyaris Tak Pernah Disebut Ini Bakal Jadi Sasaran Militer Rusia Berikutnya, Hal Ini Jadi Pemicunya

By Afif Khoirul M, Senin, 25 April 2022 | 09:49 WIB

Prajurit Rusia berbaris di sebelah sistem rudal balistik antarbenua Yars selama upacara pengiriman peralatan militer di dekat Moskow untuk mempersiapkan parade Hari Kemenangan di Lapangan Merah.

Intisari-online.com - Negara kecil yang berbatasan dengan Ukraina akan menjadi sasaran Rusia dalam upaya terbaru Vladimir Putin untuk memperluas wilayahnya di seluruh benua.

Negara berikutnya dalam daftar target Putin dilaporkan telah terungkap saat peringatan dikeluarkan untuk lebih banyak invasi di seluruh Eropa.

Negara kecil Moldova yang berbatasan dengan Ukraina yang terkepung diyakini menjadi target berikutnya dalam daftar ekspansi Vladimir Putin.

Karena presiden Rusia berupaya meningkatkan jangkauannya di seluruh Eropa Timur.

Negara ini kurang dari sepertiga ukuran London dengan populasi 2,6 juta orang.

Sekarang telah diprediksi bisa menjadi negara berikutnya yang menjadi sasaran militer karena Rusia ingin membuat jalur.

Moldova memanggil duta besar Rusia pada hari Jumat (22/4) setelah seorang komandan senior Rusia mengatakan mereka ingin membuat jalur ke salah satu bagian dari negara.

Di mana tentara Rusia sudah tinggal dan menguraikan keinginan untuk menciptakan wilayah yang memisahkan diri.

Baca Juga: Rudal Setan vs Santo Javelin: Ukraina Terus Melawan Rusia yang Bermain-main dengan Rudal dengan Kekuatan 50 Kali Lebih Dahsyat dari Bom Atom Hiroshima

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah memperingatkan bahwa invasi ke negaranya "hanya permulaan" ketika Putin mengarahkan pandangannya ke negara lain.

Kekhawatiran juga meningkat ketika Rusia mulai meningkatkan serangannya di kota pelabuhan Ukraina Odessa, hanya 55 km dari perbatasan Moldova.

Rustam Minnekaev, penjabat komandan Distrik Militer Pusat Rusia, mengatakan, "Kontrol atas selatan Ukraina adalah jalan keluar lain ke Transnistria, di mana ada kasus-kasus orang berbahasa Rusia yang ditindas."