Seno Gumira Ajidarma Meluncurkan Buku Audio Trilogi Insiden

Birgitta Ajeng

Penulis

Seno Gumira Ajidarma Meluncurkan Buku Audio Trilogi Insiden

Intisari-Online.com - Setelah sukses meluncurkan buku audio berbahasa Indonesia pertama yang mengadaptasi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, Digital Archipelago yang didukung Galeri Indonesia Kaya kembali meluncurkan buku audio Trilogi Insiden karya Seno Gumira Ajidarma, Kamis (10/4) di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.

Dalam acara menarik ini para pengunjung diajak memasuki dunia sastra Indonesia modern melalui narasi karya Seno Gumira Ajidarma yang dibacakan oleh lima tokoh ternama Indonesia: Ayu Laksmi, Butet Kartaredjasa, Landung Simatupang, Niniek L. Karim, dan Ria Irawan.

(Baca juga: Tips Membaca Menyenangkan Bagi Anak-anak)

Kelima tokoh ini membawakan kumpulan cerpen Saksi Mata , buku pertama dalam Trilogi Insiden , yang juga berisi roman Jazz, Parfum, dan Insiden , serta kumpulan esai Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara.

“Ini adalah karya saya yang pertama kali dibuat dalam bentuk buku audio dengan bantuan banyak sahabat yang mau meluangkan waktu membacakan karya saya dan memberikan atmosfer berbeda dalam setiap kisah yang dibacakan. Buku audio ini penting bagi sastra Indonesia juga menarik karena memanfaatkan internet, teknologi komunikasi mutakhir yang paling populer saat ini,” ujar Seno.

Trilogi Insiden merupakan bagian dari catatan sejarah dan bukti perjuangan dari seorang Seno Gumira Ajidarma yang mendokumentasikan peristiwa Timor Timur melalui rangkaian kata-kata dari sudut pandang seorang penulis dan seniman. Maka ketika saya diminta membawakan Seruling Kesunyian dengan aransemen musik tersendiri, saya tak membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan persetujuan,” ujar Ayu Laksmi.

Selain Ayu Laksmi, ada pula Ria Irawan yang membaca Kepala di Pagar Da Silva . Juga juga Butet Kartaredjasa yang membacakan cerpen Darah itu Merah, Jenderal , sementara Landung Simatupang menarasikan cerpen berjudul Listrik , dan Niniek L. Karim

menarasikan Telinga .Ke-5 tokoh ini membawakan cerpen yang diambil dari kumpulan cerpen Saksi Mata , buku pertama dalam Trilogi Insiden. Cerpen-cerpen ini memiliki riwayat yang sudah dikenal, yakni dibuat setelah penulisnya dilepaskan dari tugasnya pada 1992 karena pemberitaan mengenai Insiden Dili 12 November 1991.

“Digital Archipelago menggarap buku audio Trilogi Insiden secara berkelanjutan mulai pertengahan tahun 2013 dan selesai pada tahun 2014. Karya ini merupakan salah satu dari tiga karya edisi pertama buku audio berbahasa Indonesia produksi Digital Archipelago, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi, dan Trilogi Insiden karya Seno Gumira Ajidarma.

(Baca juga: Baca Buku Sastra Pertajam Empati)

Ketiga buku ini adalah tonggak sejarah buku audio Indonesia. Kami berharap digitalisasi sastra Indonesia ini dapat memberikan embusan baru di wilayah cyber sastra melalui aplikasi ponsel pintar yang dapat di-donwnload bebas biaya, namun untuk kontennya dikenakan biaya Rp119 ribu untuk ketiga bagian buku audio Trilogi Insiden .Sedangkan Saksi Mata, Jazz, Parfum & Insiden , serta Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara masing-masing dapat diperoleh dengan harga Rp49 ribu saja,” ujar Hristina Nikolic Murti dari lembaga Digital Archiphelago.

Rekaman Trilogi Insiden yang seluruhnya berlangsung 17 jam, dibuat di studio Kua Etnika piminan Djaduk Ferianto di Yogyakarta, Soeara Madjoe pimpinan Anjar Prabowo di Jakarta, dan studio Antida pimpinan Anak Agung Anom Darsana di Denpasar.Sedangkan sound engineering buku audio ini dibuat oleh Gotrek Whitehouse. Untuk memberikan atmosfer berbeda, buku audio ini juga diramaikan dengan aransemen musik oleh Boris Simanjuntak, Ayu Laksmi dan Piotr Komorowski.

Untuk buku kedua, yaitu novel Jazz, Parfum & Insiden (berlangsung lebih dari 6 jam) naratornya adalah Landung Simatupang, dan untuk buku ketiga yaitu kumpulan esai Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (berlangsung lebih dari 6 jam), Seno Gumira Ajidarma menjadi naratornya sendiri. (Intan Y. Septiani / tabloidnova.com)