Penulis
Intisari-Online.com – 60% produk perikanan dunia, memang berasal dari negara berkembang. Negara berkembang memang berkontribusi besar, contohnya Indonesia.(baca juga: Inilah Ikan Tuna Termahal di Dunia)
Sampai saat ini, Indonesia yang pernah menduduki peringkat empat produsen perikanan, belum bersertifikat MSC.
Tanpa adanya sertifikasi MSC dari Seafood Savers, Indonesia tidak akan bisa bersaing. Karena pada 2018, retailer besar seperti Amerika hanya mau memasok ikan melalui produsen bersertifikat.
Kondisi ini membuat perikanan Indonesia harus berbenah, agar memiliki daya saing ekonomi global, dengan melakukan sertifikasi dan perbaikan (Fisheries Improvement Program).
Ketidaktersediaan data dan ahli untuk mengolah, serta praktik perikanan yang tradisional, masih menjadi hambatan.
Dari sisi biaya, perbaikan praktik perikanan memerlukan sekurangnya US$30.000/tahun, dan praktik penilaian membutuhkan biaya US$70.000-100.000.
Demi membantu Indonesia dan negara berkembang, MSC mengembangkan Developing World Program untuk perikanan tangkap.
Program ini memungkinan terlibatnya badan pembangunan dunia, akademisi, dan LSM demi meningkatkan kapasitas juga bantuan biaya.
Bersama dengan WWF-Indonesia dan kemitraan bisnis Seafood Savers, konferensi Developing World Fisheries Conference diadakan untuk berbagi pengetahuan terkait program perbaikan Tuna.
Ikan Tuna dipilih karena merupakan komoditas unggulan perikanan tangkap Indonesia dengan nilai ekspor sebesar Rp. 8,5 triliun pada 2011.
Perbaikan perikanan nasional tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi masyarakat juga bisa berperan aktif untuk membantu industri perikanan.(baca juga: Populasi Terus Menurun, Ikan Wader Ijo Dikhawatirkan Punah)
Dukungan kita menjadi modal awal, bagi perusahaan untuk mengadopsi praktik perikanan berkelanjutan, sehingga para produsen ikan bisa bersaing secara global pada 2018 nanti. (wwf.or.id)