Penulis
Intisari-Online.com – Setelah penandatanganan deklarasi Heart of Borneo (HoB) yang dilakukan Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia 2007 silam, laju deforestasi Kalimantan terus menurun. Sebuah harapan menangani deforestasi Kalimantan.(baca juga: Gawat, Pilkada malah Bikin Hutan Gundul!)
Laporan The Environmental Status Report of the Heart of Borneo 2014 yang dibuat oleh WWF, berfokus pada data gambar satelit untuk memantau perubahan tipe hutan.
Laporan tersebut melansir, 10% atau dua juta hektar hutan HoB telah hilang sejak deklarasi tersebut ditangani pada 2007.
Menurut para ahli, deforestasi masih terjadi karena kebanyakan kawasan HoB merupakan kawasan produktif yang masih aktif, tetapi jika deforestasi masih terjadi, fungsi ekologi hutan bisa menjadi tidak aktif.
Laporan tersebut juga mengindikasikan, bahwa gajah Borneo (Borneo pygmy elephant) yang populasinya mencakup Sabah dan Kalimantan, diidentifikasikan telah kehilangan habitat akibat deforestasi.
Tetapi kabar baiknya, harapan menangani deforestasi Kalimantan masih bisa dilakukan. Kawasan HoB dengan luas 17 hektar berisi hutan hujan, masih berada dalam level normal dengan target tutupan hutan yang masih bisa tercapai pada 2020.
Dengan membangun kemitraan lintas batas sebagai fondasi, deklarasi HoB masih berupaya untuk mengkonservasi hutan-hutan Kalimantan.
Dr. Prabianto Mukti Wibowo, Ketua Kelompok Kerja Nasional (POKJANAS) HoB Indonesia, mengatakan, “pemerintah Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia tetap berkomitmen kuat mengatasi deforestasi ini.”
Anwar Purwoto, Direktur Sumatera dan Borneo WWF-Indonesia, berharap deklarasi HoB membutuhkan peningkatan upaya secara signifikan agar harapan menangani deforestasi Kalimantan masih bisa berjalan.(baca juga: Ahli Biologi Indonesia Raih Penghargaan di San Fransisco)
“WWF mengharapkan, khususnya pemerintah Indonesia, adanya peraturan Pemerintah untuk HoB sebagai Lanskap Strategis Nasional untuk dapat mengatasi tantangan ini.” Ujarnya. (wwf.or.id)