Find Us On Social Media :

Diramalkan Oleh Bank Dunia, Terungkap Begini Ekonomi Ukraina Setelah Negaranya Babak Belur Dihancurkan Rusia, Rupanya Mimpi Buruk Ini Telah Menantinya, Negara Ini Juga Kena Imbasnya

By Afif Khoirul M, Rabu, 13 April 2022 | 07:45 WIB

Sanksi ekonomi akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Intisari-online.com - Bank Dunia memperkirakan kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina, memprediksi bahwa PDB kedua negara ini akan turun dua digit.

Kelesuan ekonomi tidak berhenti di dua negara yang langsung berkonflik.

Ukraina akan menjadi ekonomi yang paling terpukul, dengan PDB menyusut 45,1% pada 2022, menurut perkiraan Bank Dunia (WB) pada 10 April.

Rusia, yang dikenakan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh AS dan sekutu Baratnya akan mengalami penurunan 11,2% dalam PDB pada tahun 2022.

Bank Dunia juga memperkirakan bahwa beberapa negara tetangga Rusia-Ukraina akan dipaksa untuk mencari bantuan asing untuk menghindari default.

Pasar negara berkembang di Eropa dan Asia Tengah akan mengalami penurunan PDB sekitar 4,1 persen tahun ini, menurut Bank Dunia, membalikkan perkiraan Rusia-Ukraina pra-konflik yang melihat PDB mereka tumbuh rata-rata tiga persen.

"Perang di Ukraina memiliki dampak yang menghancurkan pada kehidupan dan mendatangkan malapetaka ekonomi di kedua negara," kata Bank Dunia.

Organisasi tersebut memperkirakan bahwa "Eropa, Asia Tengah dan seluruh dunia akan menderita kerugian ekonomi yang signifikan".

Baca Juga: Saling Tuduh Bermain Api dengan Lakukan Serangan ke Rusia Hingga Tewaskan 50 Orang, Rusia Sodorkan Keberanian Rusia Gunakan Senajata Bekas Uni Soviet Ini Untuk Serang Langsung Rusia?

Bank Dunia memperingatkan bahwa Kirgistan dan Tajikistan, dua negara dekat Rusia-Ukraina, akan jatuh ke dalam resesi tahun ini karena dampak krisis Ukraina.

Penurunan PDB di wilayah Rusia-Ukraina akan menggandakan penurunan 2020 karena pandemi Covid-19 mengganggu operasi bisnis.

Menurut Bank Dunia, dampak sanksi terhadap Rusia akan menjalar ke perekonomian global dan berdampak serius bagi negara-negara bekas Uni Soviet karena terganggunya perdagangan.