Find Us On Social Media :

5 Rasio Keuangan Ini Bisa Jadi Ukuran Seberapa Sehat Kondisi Keuangan Kita

By Ade Sulaeman, Selasa, 16 Agustus 2016 | 11:00 WIB

5 Rasio Keuangan Ini Bisa Jadi Ukuran Seberapa Sehat Kondisi Keuangan Kita

Intisari-Online.com - Bermimpi untuk mencapai kebebasan finansial? Mulailah dengan memeriksa kondisi keuangan, salah satunya dengan mengukur rasio keuangan.

Setelah mengetahui rasio di masing-masing ‘sektor’, tugas kita adalah mulai melakukan perubahan agar rasio keuangan dapat sesuai dengan ‘standar’ kebebasan finansia, yang diimpikan.

Berikut ini beberapa rasio keuangan yang bisa Anda jadikan patokan untuk menilai kondisi kesehatan keuangan Anda:

Pertama, rasio likuiditas. Rasio ini mengindikasikan berapa lama Anda dapat bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan jika tidak ada penghasilan sama sekali. Rasio ini diperoleh dari nilai kas dan setara kas dibagi pengeluaran bulanan. "Wajarnya seseorang memiliki kas sebesar 3-12 kali pengeluaran bulanan," kata Pandji Harsanto, perencana keuangan independen.

Besaran nilai kas tersebut juga ditentukan berapa banyak orang yang keuangannya Anda tanggung. Bila Anda masih belum menikah dan tidak memiliki tanggungan, kas sebesar tiga kali penghasilan sudah cukup. Bila sudah berkeluarga, nilai kas yang ideal juga bakal bertambah.

Kedua, rasio tabungan. Rasio ini mengindikasikan persentase pendapatan kotor yang disisihkan untuk konsumsi di masa depan. Nilainya diperoleh dengan cara membagi nilai tabungan terhadap pendapatan kotor.

Idealnya, untuk Anda yang masih terhitung pemula dalam hal perencanaan keuangan, angka untuk rasio ini mencapai 10%. Jadi, nilai tabungan Anda minimal setara 10% dari pendapatan kotor.

Ketiga, rasio utang terhadap aset. Ini adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang membayar utang. Cara menghitungnya, total utang dibagi total aset. Ukuran idealnya, total utang Anda harus di bawah 50% dari total aset. Kalau total utang Anda sudah mencapai 50% dari total aset, Anda harus waspada dan segera mengurangi utang.

Keempat, rasio kemampuan melunasi utang. Rasio ini bisa dibagi lagi menjadi dua macam. Ada rasio kemampuan melunasi utang secara umum. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar pendapatan digunakan untuk membayar utang.

Cara menghitungnya adalah total cicilan utang per bulan dibagi penghasilan. Angka wajarnya, total cicilan utang per bulan maksimal 30% dari penghasilan.

Lalu ada rasio kemampuan pelunasan utang non-hipotik. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang membayar utang konsumtif. Dihitung dengan cara membagi total utang non hipotik dengan penghasilan per bulan. Nilai wajarnya adalah maksimal 15% dari penghasilan.

Kelima, rasio kebangkrutan atawa rasio solvabilitas. Rasio ini menunjukkan persentase kemungkinan seseorang bangkrut. Dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh kekayaan, dibagi dengan total aset, baik ekuitas maupun kewajiban.