Find Us On Social Media :

Banjir Bandang Garut: Bagaimana Banjir Bandang Bisa Terjadi?

By Ade Sulaeman, Kamis, 22 September 2016 | 11:30 WIB

Banjir Bandang Garut: Bagaimana Banjir Bandang Bisa Terjadi?

Intisari-Online.com - Hingga Rabu (21/9/2016), jumlah korban jiwa akibat banjir bandang di Kabupaten Garut sudah mencapai 23 orang. Muncul banyak pertanyaan tentang apa sebenarnya faktor penyebab banjir bandang yang juga menyebabkan 1000 orang yang harus mengungsi tersebut.

Menurut Oceanic dan Atmospheric Administration Nasional (NOAA), pada dasarnya ada dua faktor utama banjir bandang, yaitu intensitas curah hujan dan durasinya.

Air sungai biasanya mengalir dengan lambat. Saat hujan, intensitas air sungai meningkat. Jika daerah resapan air berkurang, seperti hutan yang beralih fungsi, intensitas air dapat meningkat lebih cepat.

Alih fungsi bantaran sungai, yang menyebabkan ketiadaan resapan dan menyempitnya lebar sungai, juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Kontur sungai yang curam akan menambah deras aliran air yang melintas.

Di beberapa negara lain seperti Amerika Serikat, banjir bandang terjadi akibat badai yang bergerak lambat, atau badai yang bergerak berulang di atas wilayah yang sama. Sebuah bendungan atau tanggul yang jebol, atau pelepasan air secara tiba-tiba dari mencairnya es bisa jadi sumber penyebab banjir bandang.

Kekuatan banjir bandang dapat menggulung batu, mencabut pohon dari tanah, dan menghancurkan bangunan dan jembatan.

Biasanya banjir ini terjadi dalam waktu singkat, hanya dalam beberapa menit atau jam. Ketinggian air saat banjir bandang bisa dengan cepat naik hingga 10 meter bahkan lebih.

Sebagian besar kematian terkait banjir banjang terjadi pada orang-orang yang terjebak di dalam mobil, sehingga sangat disarankan untuk segera keluar dari mobil saat mendengar peringatan adanya banjir bandang.

Korban sering meremehkan kekuatan air ketika mengemudi ke daerah banjir, ilmuwan University Corporation for Atmospheric Research (UCAR) menambahkan bahwa dibutuhkan hanya 18 inci (46 cm) air untuk membuat kendaraan mengapung dan hanya membutuhkan 2 kaki (60 cm) air mengalir untuk menyapu sebagian besar kendaraan ke hilir.

Penyebab kematian terbesar lainnya, menurut UCAR, adalah orang-orang yang mencoba menyeberangi jembatan padahal air sungai sudah meluap.

Perlu ditekankan sekali lagi bahwa banjir bandang bisa terjadi di sepanjang sungai, di garis pantai, di daerah perkotaan dan di sungai kering. Banjir di sungai, seperti yang terjadi di Garut, umumnya terjadi ketika aliran sungai terisi terlalu cepat dan sementara daya tampung sungai lebih kecil.

Trotoar yang meliputi daerah perkotaan mencegah tanah secara alami menyerap curah hujan, urbanisasi meningkatkan peluang banjir bandang dua hingga enam kali lipat. Jalan-jalan dan gedung-gedung tinggi yang berdiri kokoh dapat mengubah dan mempersempit aliran sungai, untuk kemudian mempercepat arus sungai saat terjadi banjir bandang.

(Live Science dan MetOffice)