Find Us On Social Media :

Kemarahan Tak Selalu Bikin Seseorang Ingin Keluar dari Pekerjaannya

By Lintang Bestari, Minggu, 5 Juni 2016 | 07:30 WIB

Kemarahan Tak Selalu Bikin Seseorang Ingin Keluar dari Pekerjaannya

Intisari-Online.com - Ketika rasa frustasi menekan karyawan hingga batas kesabarannya, sangat normal jika kita berpikir bahwa tak lama lagi mereka pasti akan keluar dari pekerjaannya. Namun, pada kenyataannya, para peneliti mengatakan, perasaan negatif tersebut bisa saja menghasilkan efek sebaliknya. 

Berdasarkan sebuah studi di Inggris, kemarahan tidak selalu meningkatkan keinginan seseorang untuk keluar dari pekerjaannya. Malah, hal tersebut bisa memotivasi mereka untuk bertahan. Bagi karyawan yang bisa mengidentifikasi kekuatan tempat kerjanya, kemarahan membuat mereka tetap bertahan dengan harapan bisa memperbaiki organisasinya. Pada studi dari University of Cambridge ini, para peneliti menginvestigasi sebuah "mitos" yang mengatakan bahwa emosi positif bisa mengarahkan hasil akhir yang membangun dan emosi negatif hanya akan menghancurkan. Untuk melakukan hal itu, mereka fokus terhadap sebuah perusahaan penerbangan besar dan yang sudah memiliki sertifikat bisnis. Tim peneliti mengevaluasi 135 karyawan di Amerika Serikat dan Inggris selama satu tahun dan menanyakan apa alasan mereka ingin pergi atau tetap bertahan di perusahaannya. Mulai dari masalah gaji dan isu-isu pekerjaan lainnya. Termasuk pertanyaan tentang "apakah Anda merasa nyaman di pekerjaan Anda", "pernahkah merasa tidak dihargai sebagai pilot", dsb. Lalu, pada analisis selanjutnya, para peneliti melihat bagaimana pertahanan mereka enam bulan kemudian.
 
Studi ini menunjukkan bahwa ternyata ada "sisi gelap" dari emosi positif dan "sisi terang" dari yang negatif. Selain rasa marah, para peneliti juga melihat adanya faktor rasa bersalah dan kebanggaan. Pada beberapa kasus, para peneliti menemukan bahwa, emosi negatif bisa menunjukkan hasil akhir yang diinginkan. Namun, hal ini tidak berlaku pada karyawan yang tidak mengenal institusinya dengan baik. Kemarahan yang dimiliki oleh para karyawan yang tidak bisa mengidentifikasi kekuatan perusahaan, semakin meningkatkan keinginan mereka untuk keluar dari pekerjaan. 
Di sisi lain, orang-orang yang memiliki ikatan kuat dengan pekerjaannya akan tetap bertahan meskipun rasa marah menguasainya saat itu. Penemuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan yang dikaitkan dengan emosi positif atau negatif di lingkungan kerja hanyalah sebuah mitos. "Studi ini mengatakan bahwa kebijakan perusahaan yang dirancang untuk mendorong emosi positif dan meminimalisir yang negatif, ternyata tidak memiliki pengaruh yang besar.Daripada berusaha keras menekan emosi negatif di lingkungan kerja, lebih baik latih kebiasaan bagi para karyawan agar mengenal perusahaannya dengan baik," kata Jochen Menges, dosen Organisational Behaviour di Cambridge Judge Business School.(dailymail.co.uk)