Penulis
Intisari-Online.com -Tentu performa pria di ranjang mempengaruhi sebagian besar kualitas hidupnya. Kalau sudah mulai loyo, biasanya banyak aspek yang bakal terganggu. Mulai dari kepercayaan diri pria yang melesu hingga harmonisasi rumah tangga yang terganggu. Lantas, apa solusinya?
Kultur ketimuran yang dimiliki bangsa Indonesia menjadi salah satu faktor yang membuat masalah seksualitas enggan dibicarakan secara terbuka. Sehingga, masyarakat umum menjadi minim informasi dan edukasi soal ini. Apalagi jika sudah ada masalah soal seks, sebagian orang memilih untuk memendamnya.
Banyak pria mengalami permasalahan seks, namun sungkan untuk bertanya. Entah itu permasalahan disfungsi ereksi (impotensi), menurunnya libido, dan menurunnya gairah seksual karena andropause. Data menunjukan bahwa hampir 50% laki-laki dewasa berusia di atas 40 tahun mengalami masalah dalam vitalitas seksual karena disfungsi ereksi.
Sebagian kecil persoalan ini juga timbul karena memang pria di atas usia 30 tahun mengalami penurunan hormon testosteron sebanyak 1% setiap tahunnya. Berkurangnya testosteron inilah yang menjadi penyebab kekuatan organ vital ikut terganggu. Selain itu kelelahan, stres, nikotin dalam rokok, dan penyakit seperti diabetes dan jantung juga turut mempengaruhi vitalitas pria.
Banyak pria yang mencari solusi untuk memelihara kejantanan ini dengan mengonsumsi obat-obatan dan terapi-terapi tanpa konsultasi medis. Alasannya biasanya karena malu untuk menceritakan pada orang lain persoalan yang sangat penting di kalangan pria ini. Akibatnya tidak terbuka, masalah seks malah makin parah.
Sebenarnya, belakangan ini persoalan vitalitas ini bisa diatasi dengan berbagai pilihan terapi pengobatan. Namun, jika Anda adalah orang yang menginginkan privasi, jangan sungkan mendatangi klinik pria (men’s clinic) yang kini hadir di berbagai pusat kesehatan. Di klinik pria, permasalahan vitalitas bisa disembuhkan secara medis. Bukan dengan obat kuat yang selama ini dianggap sebagai solusi semua permasalahan seksual. Namun dengan diagnosis dan tindakan yang tepat sesuai dengan jenis dan latar belakang terjadinya penyakit tersebut.
Hal ini secara rinci disampaikan oleh Dr. Nouval Shahab, Sp.U, dari Klinik Pria Ultimo Aesthetic & Dental Center, Jakarta. Bahwa kehadiran klinik pria merupakan solusi bagi para pria yang mengalami permasalahan vitalitas tanpa harus khawatir akan terganggunya privasi. Sehingga pasien tidak terintimidasi ketika melakukan konsultasi maupun terapi.
Biasanya proses pengobatan dilakukan dengan konsultasi terlebih dahulu. Konsultasi itu dilakukan dengan evaluasi secara menyeluruh, hingga evaluasi kondisi pasien melalui check up. Siapa tahu ada gangguan organ tubuh lainnya yang bisa berkontribusi memperlemah kemampuan organ vital pria untuk berereksi. Kejadian yang paling umum menyerang kaum pria kata Nouval adalah gangguan ereksi, ejakulasi dini, gangguan libido, ejakulasi yang tidak nikmat dan kuat, masalah sperma, dsb.
“Karena itu sebelum melakukan diagnosis, penting bagi pasien untuk diperiksa dulu secara komprehensif sebelum ditangani. Seperti wawancara medis dan pemeriksaan laboratorium,” terang Nouval.
Misalnya seorang pasien diduga mengalami gangguan atau disfungsi ereksi yang disebabkan karena faktor psikologis. Hal ini bisa ditangani hanya dengan melakukan terapi obat dan penyelesaian masalah psikologis tadi dengan konseling. Entah itu karena stres berat, depresi, dan kelelahan.
Persoalan lain juga timbul bukan saja karena gangguan libido, namun faktor organik. Seperti yang disebutkan tadi, bisa jadi penyebabnya adalah kerusakan jaringan erektil (corpora cavernosa) di penis karena kekurangan testosteron, nikotin, obat-obatan, dan penyakit degeneratif. Biasanya disfungsi ereksi yang terjadi karena persoalan ini tidak mempan disembuhkan hanya dengan obat. Sehingga dibutuhkan terapi yang dapat memulihkan kembali jaringan yang mendukung kejantanan pria tersebut.
“Kaum pria jangan sungkan dan malu untuk datang ke klinik pria, khususnya bagi mereka yang sudah mengalami gangguan. Fenomena gangguan ereksi itu seperti puncak gunung es, hanya segelintir orang yang terlihat, namun sebenarnya banyak yang mengalaminya,” kata Nouval mengimbau.