Penulis
Intisari-online.com—Sejarah ilmu psikologi menyebutkan bahwa ada pergeseran makna mengenai amarah sejak dulu dan sekarang. Dulu amarah adalah sebuah refleksi. Namun sekarang, marah adalah sebuah reaksi dari emosi.
Pada tahun 1970 banyak terapis kejiwaan yang menyarankan untuk marah karena justru kemarahan itu menyehatkan. Mengapa? Karena amarah dianggap sebuah refleksi bagi jiwa.
Hal inilah yang perlu dilakukan ketika kita dilanda kemarahan. Amarah yang sehat berarti mengambil waktu untuk mematikan keinginan emosional. Dengan aspek yang rasional, kita belajar untuk mengesampingkan emosi. Saat itu, kita akan belajar untuk mengaktifkan sisi kepekaan dan kemanusiaan kita. Salah satunya adalah kedewasaan.
Kita hidup di tengah masyarakat yang menganggap amarah adalah sesuatu yang buruk. Ya, memang benar, kalau jenis amarah itu adalah amarah emosional. Sesekali kita juga perlu melepaskan kemarahan itu. Namun pastikan kemarahan itu adalah kemarahan yang sehat dan membangun.
Bagaimana caranya membedakan kemarahan emosi dan refleksi? Bagaimana caranya agar kemarahan tidak mendatangkan sakit melainkan sehat? Simak penjelasan berikut:
1. Amarah yang sehat artinya mengobservasi dan mengendalikan kemarahan agar tidak bereaksi terlalu berlebihan.
2. Marah yang sehat berarti mengenali amarah sebagai sinyal untuk menguasai pikiran dan perasaan.
3. Marah yang sehat berarti memandang kemarahan sebagai tanda untuk mengidentifikasi hal yang lain ketimbang marah secara emosional.
4. Marah yang sehat membawa kita mengembangkan empati.
5. Kemarahan yang sehat berarti menolong diri sendiri untuk membuang kemarahan dengan memaafkan orang lain dan diri sendiri.
6. Marah yang sehat membuat kita belajar praktik welas asih, sehingga tidak membuat orang lain juga terluka.
7. Marah yang sehat belajar untuk berkomunikasi dengan baik tanpa nada tinggi pada orang lain.
8. Amarah yang sehat menambah ketahanan dan kesehatan mental .
Bagaimana cara mengubah amarah emosional menjadi amarah refleksi? Caranya adalah dengan latihan. Saat amarah melanda, berusahalah untuk mengatasinya dengan menahan reaksi terlebih dahulu. Semakin sering kita berlatih, semakin berkurang reaksi marah emosional digantikan amarah yang lebih rasional.
Selain itu, dibutuhkan pula komitmen untuk berlatih mempraktikkan amarah yang sehat ini. Tapi ingatlah, amarah yang sehat sangat bermanfaat bagi diri kita dan juga orang lain. Itu akan membuat hidup kita terasa lebih berarti.
(psychologytoday.com)