Find Us On Social Media :

Banjir Bandang Garut: Penyakit Fisik dan Psikis yang Wajib Diwaspadai

By Ade Sulaeman, Kamis, 22 September 2016 | 13:00 WIB

Banjir Bandang Garut: Penyakit Fisik dan Psikis yang Wajib Diwaspadai

Intisari-Online.com - Dengan kondisi lingkungan yang tercemar, pola hidup yang berubah, serta stres memikirkan dampak banjir, seperti yang terjadi di Kabupaten Garut, bisa membuat seseorang mudah terserang penyakit fisik maupun psikis.

Ketersediaan air bersih di pengungsian umumnya terbatas. Karena itu, penyediaan air bersih mutlak diperlukan.

”Air bersih tak hanya diperlukan untuk minum, tetapi juga untuk membersihkan diri, seperti mandi dan cuci tangan,” kata Guru Besar Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Azrul Azwar, di Jakarta, Kamis (17/1).

Penggunaan air yang tercemar bisa memicu diare, muntaber, dan gatal-gatal. Di pengungsian, penyakit ini mudah dan cepat menular akibat lingkungan pengungsian yang serba terbatas.

Penyakit lain yang rentan menyerang adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau mikroba. Gejalanya berupa batuk dan demam. ISPA berat dapat disertai sesak napas dan nyeri dada.

”Berkumpulnya banyak orang, seperti di pengungsian, membuat ISPA mudah menular,” ujarnya.

Penyakit leptospirosis yang ditularkan bakteri leptospira juga bisa muncul. Di Indonesia, penyakit ini umumnya ditularkan melalui kotoran dan kencing tikus yang bercampur air banjir. Bakteri leptospira bisa masuk ke tubuh manusia melalui luka.

”Hindari bermain air banjir, khususnya jika ada luka. Jika harus beraktivitas di banjir, gunakan pelindung,” kata Tjandra.

Potensi penyakit lain yang bisa muncul dan menular adalah demam berdarah, demam tifoid akibat makanan yang tak bersih, serta gangguan infeksi kulit.

Kelompok rentan

Dalam setiap bencana, anak- anak dan orang lanjut usia adalah kelompok paling rentan terkena dampak. Kondisi pengungsian yang penuh sesak, lembab, dan bising membuat anak-anak tidak nyaman dan mudah terserang penyakit.

”Jangankan anak-anak, orang dewasa pun rentan terserang penyakit akibat kondisi pengungsian yang serba tidak nyaman,” kata dosen Ilmu Kesehatan Anak FKUI yang juga mantan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Sukman T Putra.