Find Us On Social Media :

Wajah Gembira saat Masa Gencatan Senjata di Suriah Diberlakukan

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 16 September 2016 | 10:00 WIB

Wajah Gembira saat Masa Gencatan Senjata di Suriah Diberlakukan

Intisari-Online.com - Masa gencatan senjata di Suriah akhirnya datang juga. Masa ini, tentu saja langsung dirasakan efeknya terutama bagi anak-anak yang selama ini dirundung ketakutan. Mereka pun terlihat gembira dan bermain di jalanan kota di hari pertama gencatan senjata.

Beberapa anak terlihat bermain petak umpet di antara reruntuhan bangunan dan anak-anak yang lain memilih hanya duduk-duduk sambil bersenda gurau. Bagi sebagian besar anak-anak ini, kekerasan dan pertumpahan darah adalah satu-satunya hal yang mereka ketahui sejak perang saudara pecah di Suriah pada 2011.

Sehingga suasana tenang yang langka setelah gencatan senjata yang disponsori AS dan Rusia efektif berlangsung menjadi sebuah anugerah besar bagi anak-anak ini. Anak-anak juga terlihat ceria merayakan hari raya Idul Adha di kota Hamouira yang dikuasai pemberontak di pinggiran ibu kota Damaskus.

 

Tak hanya anak-anak yang bergembira, gencatan senjata ini juga membuah para pekerja kemanusiaan memiliki waktu luang untuk menyalurkan bantuan ke kota-kota yang hancur akibat perang. “Banyak warga yang mulai sibuk mengerjakan sesuatu dan anak-anak bermain dengan riang gembira di jalanan,” kata Mohamed Omar, seorang anggota pertahanan sipil di wilayah kekuasaan pemberontak di Aleppo.

 

Sementara itu, Kementerian Pertahanan AS memastikan gencatan senjata di Suriah diperpanjang selama 48 jam. Perpanjangan gencatan senjata ini disepakati Menlu AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergey Lavrov.

 

“Meski ada laporan kekerasan sporadis, kesepakatan gencatan senjata tetap dipertahankan dan level kekerasan relatif rendah,” kata juru bicara Kemenlu AS Mark Toner. “Sebagai bagian dari kesepakatan, mereka sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata untuk 48 jam.”

Kesepakatan gencatan senjata ini merupakan upaya kedua dari negara-negara kuat dunia untuk mengurangi kekerasan yang telah menewaskan 250 ribu orang warga Suriah dan menciptkan krisis kemanusiaan di Timur Tengah dan Eropa.