Nasionalisme Pebisnis Distro

Rusman Nurjaman

Penulis

Nasionalisme Pebisnis Distro

Intisari-Online.com - Meski terbilang masih menjanjikan, tantangan usaha distro kian meruncing. Karena itu, para pelaku bisnis distro harus menyiapkan antisipasinya. Fiki Satari, pemilik distro Airplane System, misalnya, melakukan banyak pembenahan internal. Dia menata kembali manajeman, adminitrasi, dan prosedur standar operasi (SOP), mengembangkan pemasaran daring, dan menjaga kredibilitas.

“Yang menjadi PR kami saat ini adalah memperbesar pangsa pasar, karena persaingannya tambah besar,” kata Fiki. Ia merasa perlu mengusung isu nasionalisme dengan mengajak publik untuk mencintai produk lokal. Isu nasionalisme ini sekaligus untuk merespons banjir impor produk fashion.

Fiki mengaku tidak mempunyai rumus pasti dalam bisnis distro. Namun sebagai pemain lama, dia setidaknya berpegang pada tiga hal.

Pertama, harus mengerti trend forecasting. Pengelola distro mesti pandai-pandai memproyeksikan arah tren mode ke depan.

Kedua, memahami permintaan pasar. Ada bermacam cara, antara lain dengan menganalisis data penjualan, teknik kuesioner, dan testimoni di media sosial. Tujuannya, untuk memahami apa yang dibutuhan dan diinginkan pembeli.

Ketiga, idealisme. Ini terkait dengan penguatan merek yang biasanya lekat dengan karakter atau komunitas kaum muda tertentu. Contoh, pada merek yang identik dengan jenis aliran musik. Maka, karakter aliran inilah yang melekat dalam desain. Ada juga karakter merek yang berkaitan dengan latar belakang atau kegemaran pemiliknya. Sejak berdiri tahun 1998, Airplane System masih konsisten dengan karakter merek yang lebih umum. Tema-tema desain kaos yang diangkatnya seputar budaya urban.

Fiki memulai bisnis distro awal tahun 1998 di Bandung dengan memiliki tiga orang staf. Kemudian membuka toko di Jalan Aceh No 44 Bandung. Pada tahun 2006 ia membuka gerai berjalan dengan nama Airbus One. Belakangan, ia juga merambah model bisnis lain dengan membuka waralaba di Malaysia dan Prancis.