Penulis
Intisari-Online.com - Perempuan pembuat aplikasi game masih terbilang jarang ada. Namun, ternyata di Indonesia ada perempuan yang berkarier sebagai pengusaha game meski tanpa latar belakang pendidikan IT.
Namanya, Yunita Riris Widawaty, asal Tangerang, dia mengembangkan dua buah game yang dia beri nama Gambreng Games dan Gundu Production.
"Gambreng games itu game digital yang lebih bersifat fun. Kalau gundu production lebih membawa unsur pendidikan," ujar Yunita pada malam penghargaan Perempuan Inspiratif Nova 2015 di Jalan Raden Saleh, Sabtu (5/12/2015).
Yunita paham bahwa dunia ini tidak biasanya digeluti oleh perempuan. Namun, dia mencobanya sekaligus untuk mengedukasi anak Indonesia lewat game digital.
Yunita memberi contoh game yang dia buat seperti game bernama La..La..La.. yang mengajak anak menebak lagu anak Indonesia. Yunita juga konsisten menggunakan nama-nama Indonesia ketika menamai game buatannya.
"Biasanya perempuan itu di dapur tapi kita bisa kok keluar sebentar yah dan masuk ke ruang yang menjadi ranah pria," ujar Yunita yang mendapatkan penghargaan Perempuan Inspiratif Nova kategori Perempuan dan Teknologi.
Selain Yunita, satu perempuan lagi yang mendapatkan penghargaan di kategori ini adalah Yuli Sugihartini dari Malang.
Yuli memiliki kisah dengan warga di Dusun Brau, Batu Malang. Yuli bercerita dusun itu sangat tercemar oleh limbah. Saat kita menarik nafas, udara rasanya bau dengan kotoran ternak. Air di sana juga tercemar.
"Akhirnya saya tergerak untuk mengupayakan bagaimana mereka bisa memanfaatkan limbah-limbah itu menjadi sumber energi," ujar Yuli. Yuli pun berusaha membujuk warga untuk membangun reaktor untuk mengubah kotoran sapi menjadi biogas.
Tidak mudah bagi Yuli untuk membujuk warga mengolah limbah itu. Mereka sudah apatis, sebab banyak program pembuatan biogas di dusun mereka namun tidak pernah bertahan lama.
Menurut mereka, hal itu hanya buang-buang energi dan tenaga saja. Namun, kerja keras Yuli tidak sia-sia. Setelah 2 tahun berusaha, 9 reaktor sudah dibangun di dusun itu untuk digunakan warga dalam jangka panjang.
Yuli mengatakan warga tidak perlu lagi mencari kayu ke hutan atau mengeluarkan uang untuk membeli gas elpiji. Biogas yang dihasilkan dari limbah kotoran sapi bisa mereka gunakan untuk memasak.
"Sekarang hasilnya daerah itu sudah enggak begitu kumuh lagi dan enggak bau. Anak-anak juga lebih sehat," ujar dia.
(kompas.com)