Hendra Wijaya Menuliskan Nama Indonesia di Es Kutub Utara (1)

K. Tatik Wardayati

Penulis

Hendra Wijaya Menuliskan Nama Indonesia di Es Kutub Utara (1)

Intisari-Online.com – Tulisan ini, "Hendra Wijaya Menuliskan Nama Indonesia di Es Kutub Utara", pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 2015, dan ditulis oleh Ersa Dopita Sidauruk. Mari kita simak.

Orang gila! Bisa jadi Anda membatin begitu melihat apa yang dilakukan Hendra Wijaya (45) ini. Dia rela “membuang” uang Rp200 juta hanya untuk berlari di Kutub Utara sambil merelakan tubuhnya diterkam kebekuan yang menusuk tulang.

Ya, uang sejumlah itulah yang dihabiskan Hendra Wijaya saat mengikuti ajang lomba lari jarak jauh (ultra trail running) Likeys 6633 Ultra 2015 di Kutub Utara pada 20 – 28 Maret 2015.

Lari di Kutub Utara? Mendengar ini saja kita sudah melontarkan ketakpercayaan, cenderung mengatakan gila. Jarak yang harus ditempuh pun membuat kita tercengang: 566 km. Setara jarak Jakarta ke Yogyakarta via Bandung. Apalagi biaya yang dikeluarkan tadi.

Lalu, inilah sebagian “penderitaannya”. Lari melawan dinginnya es kutub. Benda yang digunakan semuanya membeku, seperti jam tangan dan kacamata. Bahkan untuk menyentuh layar ponselnya Hendra menggunakan lidahnya.

Hendra mengatakan, mereka yang mengikuti lomba ultra trail memang tidak mencari hadiah, namun ingin menaklukkan tantangan yakni berhasil mencapai garis finis. “Di situlah letak kepuasannya,” kata pria kelahiran Lampung ini.

Indonesia di Kutub Utara

Likeys 6633 bukanlah lari jarak jauh pertama bagi Hendra. “Ini merupakan lomba lari ultra ke-19 yang sudah saya ikuti. Namun, lari di Kutub Utara ini adalah pengalaman pertama dan terberat dari seluruh perlombaan ultra yang pernah saya ikuti,” kata Ketua Umum Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Kota Bogor tersebut. Dalam dunia lari, kelompok ultra adalah jenis lari di atas lari maraton yang 42,195 km.

Tak bisa dibantah, Likeys 6633 Ultra merupakan salah satu ajang lomba lari alam paling ektrem di dunia. Semua peserta harus mampu melintasi dinginnya Kutub Utara yang memiliki suhu hingga -25oC. Bukan sehari atau dua hari, namun delapan hari. Rute yang dilalui bermula di wilayah Eagle Plains, Yukon, lalu ke Ujung Samudera Arktik, Tuktoyaktuk, hingga Alaska.

“Semakin ke depan, semakin dingin, dan semakin sulit. Bahkan 10 km menuju garis finis, sinar Matahari sudah tidak terlihat, semua tertutup awan,”ucap Hendra.

Selain tantangan cuaca yang sangat dingin, Hendra juga harus berlari sambil membawa beban yang berisi peralatan dan logistik seberat 40 kg. “Jadi, terasa sekali kesulitannya,” ujar co-founder Trail Runners Indonesia itu.

Karena tinggal di daerah tropis, Hendra pun datang jauh-jauh hari. Butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi. Makanya, ia datang ke lokasi perlombaan dua minggu sebelum acara dimulai, lebih dulu dibanding peserta yang lain.

Toh, ternyata Hendra tak butuh waktu lama. Hanya tiga hari, ia sudah bisa menyesuaikan diri dengan iklim di sana. “Saya latihan dari pagi sampai malam. Jam delapan malam di sana masih terang. Udaranya sangat dingin. Apa pun akan membeku,” ujarnya dengan semangat.

Likeys 6633 kali ini diikuti oleh 27 peserta yang terbagi dalam dua kategori. Pertama, sebanyak 19 peserta mengikuti kategori 566 km. Sisanya kategori 240 km. Dari jumlah itu hanya delapan peserta, termasuk Hendra, yang berhasil menuntaskan lomba hingga garis finis. Sisanya gagal karena berbagai sebab, mulai dari cuaca dingin, kelelahan, dan cedera.

Dengan kondisi ekstrem dan menarik beban seberat sekitar 40 kg, Hendra mampu menuntaskan jarak 566 km tadi dengan kecepatan rata-rata sekitar lima km per jam. Hendra pun menjadi orang Indonesia pertama yang berhasil lari di Kutub Utara.

Ada satu pengalaman yang paling berkesan dan membuat Hendra menangis saat berada di Kutub Utara. Yakni ketika menulis kata “Indonesia” di hamparan es. “Ketika nulis Indonesia di es Kutub Utara itu, saya merinding lalu menangis. Momen itu saya abadikan dalam video, namun sayang videonya hilang,” ujarnya dengan nada lirih.

Selalu yang pertama

Di kancah olahraga ultra trail internasional, nama Hendra Wijaya sudah tak asing lagi. Berbagai perlombaan ultra sudah diikutinya dan selalu mencapai garis finis. Beberapa momen dirinya ketika berlari dijadikan dokumentasi oleh penyelenggara lomba. Seperti Likeys 6633 tadi dan Kilimanjaro Summit (5.895m) di Tanzania, Afrika.

Kehadiran Hendra dalam ajang Likeys 6633 sempat diragukan oleh penyelenggara lomba. Mereka memprediksi bahwa Hendra tidak akan mampu mencapai garis finis. Mengingat Hendra bukan berasal dari negara yang memiliki empat musim. Ditambah lagi, postur Hendra kecil.

Toh akhirnya Hendra membuktikan bahwa ia bisa finis. Soal kemudian ia dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang berlari di Kutub Utara, Hendra menegaskan itu bukan klaim darinya.

“Saya enggak mengerti pemberian label itu datang dari mana. Mungkin media. Memang, baru saya yang mencetak rekor itu, tapi saya tidak pernah mengklaim hal itu,” kata Hendra.

Selama mengikuti lomba ultra trail, Hendra tidak pernah berpikir untuk menjadi orang Indonesia pertama. Padahal, hampir semua lomba yang sudah diikutinya menempatkan dia sebagai orang Indonesia pertama yang ikut lomba itu. Hanya di tiga lomba dia bukan orang Indonesia pertama. Ketiganya adalah Sundown Ultra Marathon 100 km di Singapura, Vibram Hongkong Ultra Trail Run 100 km di Hongkong, dan Craze Ultra Run 160 km di Singapura.

“Saya tidak mau mengklaim itu, biar orang lain yang menilai,” ujarnya.

Hendra menuturkan, selama ini dirinya selalu mengikuti perlombaan yang memang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari perlombaan yang sudah diikuti sebelumnya. “Baik itu jumlah kilometer atau kondisi alamnya,” kata pria berkulit putih tersebut.

- bersambung -