Penulis
Intisari-Online.com – Setelah khatam mencicipi kerasnya kejuaraan reli di Eropa, kini Rifat Sungkar ingin menaklukkan Rally America atau ajang reli bergengsi di negeri Paman Sam. Harapannya hanya satu, membuat sejarah untuk Indonesia, negeri yang sangat dicintainya. Ia pun bermimpi untuk menjajal di sirkuit benua merah, julukan untuk Benua Amerika.
--
Agar bisa menyamai prestasi pembalap idolanya itu, selama lima tahun, sejak 2006 sampai 2011, Rifat mulai menjajal kejuaraan Asia Pasific Rally Championship (APRC). Di situ, Rifat meraih beberapa gelar juara, salah satunya naik ke podium tiga di seri Selandia Baru.
Meski telah banyak menyabet prestasi, Rifat belum puas. Karena bukan itu cita-citanya. Mimpi tertingginya adalah berhasil di panggung reli dunia, seperti Sainz. Namun, jalan menapaki takhta tertinggi para pereli dunia itu bukan perkara mudah. Selain butuh kemampuan mumpuni, baik secara teknis maupun bahasa, satu faktor terpenting dan tersulit lainnya adalah mencari sponsor.
Untuk masalah kemampuan, Rifat sudah bekerja keras sejak kecil agar bisa menjadi juara. Sementara untuk kemampuan bahasa, walaupun mengaku tak fasih berbahasa Inggris sampai dengan tahun 2000, Rifat akhirnya bisa berkomunikasi dengan lancar setelah belajar setahun di Deakin University, Melbourne, Australia.
Rifat mengaku, upayanya mencari sponsor agar bisa menjajal kejuaraan reli dunia sangat keras. Ia mengibaratkan dirinya sebagai billboard iklan berjalan. Selain menjadi pembalap, ia mesti terampil mengeluarkan citra positif untuk meyakinkan sponsor. “Kalau ingin mencari sponsor, harus pintar- pintar menabung untuk masa depan, menabung nama baik.”
Prestasi, nama baik dan satu faktor keberuntungan akhirnya mengantarkan Rifat ke Pertamina. Perusahaan minyak milik negara itu sudi mensponsori Rifat membangun karier balapnya selama 15 tahun belakangan ini. Rifat beruntung karena ayahnya dekat dengan Pertamina. “Awalnya dari papa, karena papa dekat dengan Pertamina.”
Helmy Sungkar memang memiliki hubungan historis dengan Pertamina. Ia pernah mengabdi di perusahaan itu selama tujuh tahun dalam kurun waktu 1972-1979. Masuk pertama kali sebagai sopir mobil pemadam kebakaran, Helmy mengakhiri kariernya di Pertamina sebagai pegawai di bagian logistik.
Berkat kepercayaan Pertamina, Rifat benar-benar mewujudkan mimpinya dengan memberanikan diri ikut WRC di Benua Eropa tahun lalu. Tatkala pertama kali akan terjun ke WRC, ada pesan dari manajer tim yang selalu tertanam di benak Rifat: “(Here)you are the big fish, but in a small tank.” Rifat diingatkan bahwa di ajang WRC, ia harus berkompetisi dengan pereli-pereli berprestasi lainnya.
Meski WRC adalah pertandingan besar, nyali Rifat tidak pernah ciut. Ia percaya diri, walau sempat dipandang sebelah mata oleh pembalap lain dari Eropa. “Tetapi saya dengan percaya diri memperkenalkan diri bahwa saya dari Indonesia,” ujar Rifat.
Pada akhirnya, Rifat berhasil menjuarai Rally Class WRC seri Prancis. Prestasi ini mampu mengundang rasa hormat para pembalap dari Eropa. ‘’Kita harus buktikan kita ini siapa. Kalau kita berprestasi, kita akan dihargai,” ungkap Rifat dengan tegas.
Mencoba hal baru
Setelah berhasil menaklukkan sirkuit di Benua Asia dan Benua Eropa, kini Rifat mencicipi sirkuit di Benua Merah, julukan untuk Benua Amerika. Selasa, 23 April 2013, Rifat meninggalkan Tanah Air untuk mengikuti lima seri di ajang Rally America. Mei sampai Oktober 2013, Rifat akan bertarung melawan pereli kelas dunia.
Untuk masalah navigator, Rifat tidak sungkan bertanya kepada orang lain. “Jangan pernah malu untuk bertanya,” kata Rifat. Dia berusaha mendapatkan tim yang sudah berpengalaman dan mengenal sirkuit di Amerika. Dengan proses yang cukup panjang, akhirnya, Rifat berhasil mendapatkan Marshall Clarke sebagai navigator.
Rally America memiliki keistimewaan sendiri di mata Rifat karena karakter kompetisinya beda dengan reli lainnya. “Saya bisa bertemu orang baru, lingkungan baru, peraturan reli yang baru, dan dalam kebaruan itu saya banyak menggali pengalaman,” Kata Rifat.
Meski Rally America bukan reli tingkat dunia, namun “Ini ajang sangat bergengsi dari sisi motorsport karena pembalap-pembalap dunia ada di situ,” kata Rifat. Rifat ingin terlibat di Rally America untuk menorehkan sejarah. “Saya harus berbuat sesuatu yang baru untuk menjadi sejarah bagi Indonesia. Karena dengan sejarah itu, mereka akan ingat bahwa Indonesia pernah bergabung di Rally America,” demikian ujar pria kelahiran Jakarta, 22 Oktober 1978 ini.
Jika sudah berhasil menciptakan sejarah, Rifat juga berharap bisa menjadi panutan bagi orang-orang, terutama masyarakat Indonesia, yang ingin berhasil di dunia motorsport. “Karena dengan jadi trendsetter, bukan malah besar kepala, tetapi harus jadi motivator bagi orang lain,” tuturnya.
Melihat kembali perlakuan tegas orangtuanya pada masa lalu, Rifat mengucapkan syukur. Ia berandai-andai, kalau saja dulu orangtua memanjakannya, ia tak akan menjadi seperti sekarang ini. Tapi, ia mengaku belum merasa menjadi siapa-siapa. Oleh karena itu, ia selalu berusaha untuk rendah hati dan terbuka ketika bertemu siapa pun.
(Tulisan tentang seorang anak muda yang menginspirasi, Rifat Sungkar; Mimpi Anak Bangsa di Benua Merah, ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2013 dan ditulis oleh Birgitta Ajeng. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi. )