Find Us On Social Media :

Heroiknya Kisah Yum Soemarsono, Pilot Helikopter Indonesia Bertangan Satu

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 17 Agustus 2016 | 10:15 WIB

Heroiknya Kisah Yum Soemarsono, Pilot Helikopter Indonesia Bertangan Satu

Intisari-Online.com - Yum Soemarsono bukan nama yang asing dalam dunia penerbangan Indonesia, terlebih penerbangan helikopter. Ia pernah menjadi teknisi, penerbang, sekaligus pembuat helikopter. Tak hanya itu, dengan heroik, ia juga pernah memperbaiki dan menerbangkan helikopter hanya dengan satu tangan.

Sekitar 1950-an, Yum berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar formal menjadi pilot helikopter. Di sela-sela waktnya belajar, ia mengikuti Helicopter Design Course yang diselenggarakan oleh Stanford University. Dari situlah pengetahuannya tengang helikopter kian komplet.

Ketika balik Indonesia, ia harus menerima kenyataan pahit setelah salah satu heli buatannya hilang. Ia tidak putus asa, dengan bekal ilmu yang ia dapat, ia terus berkarya untuk kemajuan penerbangan helikopter Indonesia. Pada 1963, Sukarno menunjuknya sebagai penerbang helikopter kepresidenan.

Dari situ, niat Yum membuat helikopter kembali menyala, terlebih setelah ditempatkan di Pindad. Di sana ia merancang helikopter yang kelak diberi nama Kepik. Dan dari sinilah cerita heroik itu dimulai.

Dalam bukunya Kisah Hebat di Udara 2, Dudi Sudibyo, menyebut, alih-alih memberinya kepuasaan “anak” keempatnya ini justru hampir merenggut nyawanya. Saat ingin lepas landas dan terbang ke Jakarta dari halaman Pindad, Maret 1964, Yum memegang kemudi Kepik. Mesinnya meraung kian tinggi, bersamaan dengan putaran rotor yang kian cepat.

Sayang, saat mesin makin digeber, salah satu bilah rotor lepas. Bagaikan pisau tajam, bilah baling-baling itu lewat persis di depan dahi Yum dan menebas tangan kirinya, terlempar tak tentu arah, sampai terhenti akibat menabrak tembok. Musibah ini membuat Yum kehilangan tangan kirinya, asisten terdekatnya. Butuh sekitar dua tahun untuk memulihkan cedera fisik dan psikisnya.

Dari pilot kepresidenan ke pilot penyemprot hama

Peristiwa 1 Oktober 1965 mengubah nasib Yum Soemarsono. Ia beralih dari pilot kepresidenan menjadi pilot penyemprot hama tebu dan kelapa. Untuk mengatasi tangan kirinya yang putus, ia menciptakan sebuah alat pengendali khusus untuk lengannya yang diamputasi. Pria kelahiran Purworejo, 10 April 1916 ini menyebut alat ciptaannya itu dengan nama Throttle Collective Device.

Alat ini awalnya dibuat untuk helikopter Hiller. Namun saat Solichin GP, mantan Gubernur Jawa Barat meminta bantuannya untuk menghidupkan kembali heli Bell 47J2 yang dibeli dari TNI AL, Yum menyempurnakan ciptaannya itu agar lebih sesuai dengan helikopter yang lebih mondern. Bell 47J2 yang dihidupkan Yum kemudian diberi nama Si Walet.

Yum meninggal dunia pada 5 Maret 1990. Ia meninggalkan cerita lebih berharga dari sekedar harta untuk bangsa ini. Yum Soemarsono, pria yang kecilnya cuma terbengong melihat pesawat berterbangan di pinggir landasan Tidar, Magelang ini membuktikan bahwa kemampuan bangsa Indonesia tak kalah dengan orang-orang Eropa dan Amerika.