Find Us On Social Media :

Ketika Bayu Wardhana Berteater dan Menghidupi Lukisan

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 17 Agustus 2016 | 18:45 WIB

Ketika Bayu Wardhana Berteater dan Menghidupi Lukisan

Intisari-Online.com - Ekspresinya berapi-api. Kadang slengekan, lucu, dan suka menggoda. Dia sering menghidupkan suasana dan meledakkan tawa dengan gaya dan aksi teaterikalnya. Rupanya, itu ciri khas dan pancaran pemahaman serta cara dia memotret kehidupan secara teatrikal. Demikian pula dalam melukis, dia seperti sedang berteater. Namun, dia juga menggali nilai-nilai dari sertiap obyek dan mencoba memperkayanya dalam lukisan, menimbulkan impresi yang semakin kaya.

Puluhan karya Bayu yang berukuran besar itu ia pamerkan di Taman Budaya Yogyakarta, pada 14-24 Agustus 2016. Pameran tunggal yang dibuka Dr Oei Hong Djien dan Telly Liando, Minggu (14/8) itu, terus menyedot pengunjung. Tak hanya karena di depan gedung dia membuat instalasi raksasa seperti tebing-tebing menuju goa, tapi juga karena karya Bayu menimbulkan penasaran publik. Sebab, karya-karyanya sering menawarkan nilai baru terhadap obyek yang pernah dilihat publik.

Kurator pameran ini, Suwarno Wisetrotomo mengatakan, "Beraktivitas seni rupa bagi dan dalam diri Bayu dijalani seperti berteater. Di studio maupun di ruang terbuka adalah panggung teater. Ini salah satu peristiwa seni Bayu Wardhana yang saya amati dengan seksama sekitar enam tahun lalu."

Bahkan, Bayu tak segan hanya memakai celana dalam saat melukis, meski disaksikan orang banyak. Ini bukan sekadar sensasi, namun Bayu ingin totalitas dan kebebasan dalam berkesenian muncul dalam dirinya, juga menjadi sebuah aksi teaterikal yang membangkitkan penonton terbawa perasaan. Juga sebuah pencapaian ekstase demi puncak kenikmatan berkesenian dan puncak kreativitas seninya.

Bagi Bayu, hidup memang seperti drama penuh makna, berkesinambungan, berakar, dan penuh nilai-nilai kemanusiaan, spiritual, dan transendental yang semua terkait. Dia tak mau lepas dari akar sejarah, budaya, sosial dan politinya. Justru itu yang menghidupi lukisannya.

Dia memang lebih banyak melukis obyek bangunan, lanskap dan peristiwa, tapi dia berusaha menghidupi lukisannya dengan nilai-nilai yang telah dia endapkan. Dia tak sekadar memindahkan obyek ke dalam kanvas, tapi juga mengisinya dengan segala nilai dan persepsi yang telah mengendap.

Dengan gaya ekspresionis dan lebih banyak memakai pisau palet, Bayu sangat jeli memilih sudut, menangkap makna dan cerita, juga mengeksplorasi nilai obyek, berikut dengan keterkaitannya dengan sejarah, budaya, sosial, maupun ekonomi dan politik.

Bahkan, dalam percakapan dengan penulis, dia sering ziarah ke makam orang yang berhubungan dengan obyek lukisan, atau melakukan meditasi untuk pengendapan nilai-nilai, rasa, dan pengalaman.

"Berhadapan dengan obyek-obyek dan langsung melukisnya merupakan pengalaman sensasional, luar biasa. Mental saya mental panggung. Semakin dilihat banyak orang, semakin senang," kata Bayu.

Bayu tak terlalu mengandalkan kesadarannya dalam melukis. Dia lebih banyak mengandalkan alam bawah sadar untuk menggerakkan persepsi dan pemahaman, serta eksplorasi estetika untuk berteater dan menangkap obyek. Maka, lukisan Bayu sering menampilkan keindahan baru, juga makna yang selama ini tak terpikirkan oleh orang lain. Bahkan, ada kesakralan dan daya hidup dari obyek yang dia lukis.

"Lukisan-lukisan Bayu adalah kombinasi antara keterampilan teknis, kecermatan memilih sudut pandang (angle), dan menangkap suasana serta kedalaman semesta atau obyek-obyek lukisannya," kata Suwarno Wisetrotomo.

Sangu kabudayan