Find Us On Social Media :

Jane Goodall: Simpatinya pada Simpanse (2)

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 8 September 2016 | 18:30 WIB

Jane Goodall: Simpatinya pada Simpanse (2)

Intisari-Online.com – Mulanya ia dituduh telah 'memanusiakan' simpanse dengan melihat mereka secara individu. Hasil penelitian dan dedikasinya pada simpanse telah melegenda dan menjadi salah satu tonggak dalam dunia penelitian primata. Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 1998, yang ditulis oleh Rudy Badil.

---

Namun karena Jane mengawali penelitiannya tanpa latar belakang ilmu, ia dapat menerima fakta bahwa simpanse adalah individu-individu yang berbeda. Malah sejalan dengan semakin diterimanya ia dalam masyarakat simpanse Gombe, terbit pula keterikatan batin. Pada musim penghujan, ketika ia pulang ke tendanya, Jane sering tak tega membayangkan simpanse-simpanse itu kehujanan di sarang tidur mereka.

Sudah kenal senjata dan alat

Untuk menambah pengetahuannya, Jane diharuskan studi perilaku satwa hingga meraih gelar di Universitas Cambridge pada tahun 1965.  Setelah itu, Jane kembali ke stasiun penelitiannya di Gombe. Pos penelitian itu makin besar, juga kian ramai dikunjungi pendatang dan turis. Jane merasa risih. Apalagi kelompok simpanse yang dia teliti, sering berkelahi berebutan pisang. "Pemberian pisang itu juga unsur perubah lingkungan hidupnya. Juga ikut merusak penelitian," katanya.

Makin lama tambah mantap studi simpanse ini. Jane pun mulai memberi nama tiap ekor simpanse yang bisa diikuti kehidupannya secara individual, mencatat perilaku berikut perkembangan ciri fisiknya. Selama.30-an tahun itu, Jane yang ulang-alik AS - Tanzania, terus memantau dan bergaul' dengan Flo, Flint, Figan, Fifi, David, Goliath, Gilka, Goblin, Mike, Melissa, dan puluhan simpanse lainnya, di sekitar pos penelitiannya.

Dari catatan lapangan dan pengamatannya, Jane memiliki arsip silsilah simpanse Gombe. Juga tingkat perkembangan kemampuannya berdasarkan usia. Misalnya simpanse 3 bulan, mulai tumbuh gigi pertama. Umur 5 bulan mulai melangkah atau menunggang punggung induknya. Pada umur 8 bulan sudah membuat sarang tidur atau sudah terlibat perkelahian antar-"remaja" dalam umur 18 bulan. Jane pun tahu kapan simpanse itu copot gigi susunya, kapan simpanse betina remaja mulai matang, dan baru melahirkan anak pada usia 11 atau 12 tahun.

Yang menonjol, Jane Goodall membuktikan kalau simpanse itu sejak umur 3 tahun sudah tahu cara pemakaian alat, misalnya kayu untuk memukul, ranting pencungkil, dan lainnya. Semua alat ini cenderung dipakai sebagai alat bantu untuk mencari makanan tambahan atau menyerang musuh.

 Simpanse memang mengenal senjata untuk memukul  dan menyerang. Bahkan benda keras yang dapat digenggam, digunakan sebagai senjata lempar. Untuk mencari makanan tambahan, kawanan simpanse ini sudah "bertradisi" memakai batang gelagah untuk menusuk sarang rayap, sekalian "memancing" agar anak rayap melekat. Untuk beberapa keperluan, simpanse biasanya memetik daun  atau ranting, lalu membentuk benda agar sesuai kegunaannya. Misalnya gumpalan lumut untuk spons pengisap cair bersih atau lumut sebagai "kertas toilet".

Jane dengan teliti kemudian mencatat, simpanse Gombe ini menyantap lebih dari 90 jenis daun, ranting, kulit kayu, dan getah berbagai tumbuhan di habitatnya. Juga serangga dan -burung kecil beserta telurnya. Sebagai pelengkap kebutuhan mineral, simpanse pada waktu  tertentu  suka memakan tanah yang mengandung zat garam.

Yang paling mengejutkan tentunya kebiasaan simpanse memakan daging. Kera omnivora ini, selain suka makan daging, juga senang berburu. Satu kelompok simpanse beranggota 40 - 50 individu, tiap tahun minimal memburu dan membunuh 50-an ekor mangsa. Binatang buruan simpanse antara lain babi hutan, rusa dan kijang, serta jenis kera kecil lainnya.

Makna suara dan hura-hura