Find Us On Social Media :

Sewaktu Bang Ali Sadikin Mengatur Betawi (1): 'Biar Saya yang Pertanggungjawabkan di Akhirat'

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 23 September 2016 | 18:15 WIB

Sewaktu Bang Ali Sadikin Mengatur Betawi (1): 'Biar Saya yang Pertanggungjawabkan di Akhirat'

Intisari-Online.com – Siapa tak kenal Ali Sadikin? Pada masanya, mantan gubernur DKI Jaya ini begitu dicintai rakyatnya karena bisa mengubah wajah Jakarta. Kini di usianya yang senja, ia tetap setia meluncurkan pemikiran-pemikirannya dengan semangat yang masih menyala. Tulisan ini penah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 2005, dengan judul asli Sewaktu Bang Ali Mengatur Betawi, dan ditulis oleh T. Tjahjo Widyasmoro & A. Bimo Wijoseno.

--

“Membangun Jakarta itu butuh duit," tegasnya. Dari mana asal dananya, ia berujar, "Biar saya yang pertanggungjawabkan di akhirat."

Peristiwa ini terjadi 1 April, tahunnya tidak disebutkan. Waktu itu Ali Sadikin bermobil bersama sejumlah wartawan, menuju sebuah acara di Menteng Wadas. Ketika melintas di Jin. By Pass (sekarang Jin. Jend. Ahmad Yani), rombongan itu melihat sebuah truk bermuatan pasir delapan ton, begitu santai berjalan di jalur tengah. Segera Ali menyuruh sopirnya membunyikan klakson, maksudnya agar truk itu minggir, karena jelas melanggar aturan.

Namun sungguh konyol, ternyata truk itu tetap meluncur di jalur tengah, seolah tak menghiraukan kendaraan di belakangnya. Ketika dikejar, truk itu tetap jalan terus. Saat diminta berhenti, masih tetap bandel juga, malah seperti mau melarikan diri. Untunglah, setelah dipepet terus, truk itu mau berhenti juga.

"Truk siapa ini?" tanya Ali setelah sopir truk turun.

"Truk ALRI, Pak," jawab sopir. (Belakangan Ali yang mengisahkan kembali, meralat bahwa sopir menjawab "Polisi")

"Mana surat tugas dan SIM-mu!"

Setelah menerima dan memeriksa surat-surat dari sopir, Ali bertanya lagi, "Apa Saudara tidak merasa bersalah?"

"Tidak, Pak," jawab sopir itu. "'Kan boleh saja jalan di sebelah kanan."

Plak! Sebuah tamparan telak mengenai wajah sopir.

"Kalau bawa muatan berat, apa boleh di jalan tengah?" Ali Sadikin bertanya lagi. Belum sempat sopir itu menjawab, "Plakl" Sebuah tamparan mendarat lagi.