Senyum Pedagang Tape (1)

Lila Nathania

Penulis

Senyum Pedagang Tape (1)

Intisari-Online.com – Aku mempunyai seorang sahabat tua di Kota Yogyakarta. Kota penuh kenangan tempat tinggalku sejak lahir hingga kuliah. Sahabatku ini adalah seorang kakek tua penjual tape singkong.

Setiap hari kakek tua sahabatku ini berjualan tape singkong dengan sepeda tuanya yang selalu berdecit ketika dikayuh. Kurang lebih sekitar pukul 10 pagi ia pasti sudah lewat di depan rumah kontrakanku sambil berteriak, “Tape, tape, tape!”

Karena sudah tahu bahwa aku adalah langgangan tetapnya, biasa kakek tua ini sengaja memperlambat kayuhan sepedanya ketika sudah dekat dengan rumah kontrakanku. Karena sudah begitu sering bertemu, kami menjadi sahabat. Melihat perbedaan usia yang sebenarnya sudah cukup jauh, sebenarnya kakek ini lebih sering dianggap sebagai ayahku. Aku sendiri sudah tak memiliki ayah sehingga kakek ini juga kuhormati sekali layaknya orangtuaku sendiri.

Rasa hormatku pada kakek penjual ini tak lepas dari cara hidupnya yang menurutku sangat hebat. Ia orang yang sangat sederhana. Rumahnya kecil dan hanya ditinggali dengan istrinya. Anak-anaknya semua sudah besar dan berkeluarga serta tinggal di luar kota. Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, ia tak mau merepotkan anaknya. Jadi itulah sebabnya hingga sekarang kakek ini masih tetap berjualan tape.

Kakek ini tak pernah memiliki motor. Ke mana-mana ia selalu menaiki sepeda tuanya. Jika musim hujan datang, ia sering tidak berjualan karena tubuhnya sudah tidak sekuat dulu. Jika terlalu lama hujan-hujanan ia akan sakit dan malah merepotkan istrinya.