Satu Pukulan Maut Denny (2)

Lila Nathania

Penulis

Satu Pukulan Maut Denny (2)

Intisari-Online.com - Setelah beberapa bulan berlalu, Denny sudah mulai menguasai jurus tersebut. Denny sangat gembira karena sudah berhasil.

Ia pun meminta pada orang tua itu untuk mengajari jurus lain. Namun, orang tua itu rupanya masih belum puas. Ia malah berkata, "Kamu sudah bisa? Bagus. Sekarang aku mau kamu lakukan jurus itu dengan lebih cepat dan lebih baik."

Denny akhirnya belajar lagi dengan giat. Namun setelah beberapa minggu berlalu ia bosan juga. Kapan aku bisa belajar gerakan baru? Begitulah batin Denny berkata setiap hari. Namun, ketika Denny mengungkapkan perasaannya, orang tua ini malah berkata, "Kamu merasa sudah bisa? Baik, kalau begitu dua bulan lagi kamu akan aku ikutkan turnamen silat."

Ditantang seperti itu, Denny merasa harus berani untuk maju. Lagipula, sang guru ini pasti akan mengajarkan jurus hebat dalam dua bulan ke depan. Anehnya, walau waktu ke turnamen sudah kian dekat, orang tua ini sama sekali tidak mengajarkan jurus baru. Denny pun mulai protes.

"Guru, turnamen sudah dekat. Mengapa kamu tidak mengajarkanku jurus baru?" begitu ucapnya. Namun sang guru tetap menyuruhnya untuk melatih satu jurus tersebut. Denny akhirnya mau tak mau melatih jurus itu lagi. Ia sudah tak bisa mundur karena namanya sudah terdaftar di turnamen.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba. Denny datang ke lokasi turnamen dengan hati yang berdegup kencang. Bisakah ia bertanding mengimbangi lawan-lawannya yang semua punya dua tangan?