Penulis
Intisari-Online.com -Desa Panmunjom yang terletak di perbatasan Korea Utara-Korea Selatan, sekaligus merupakan tempat garis Zona Demarkasi Militer (Demilitarized Zone/DMZ), sejak tahun 1953 sebenarnya merupakan kawasan yang paling berbahaya di dunia.
Pasalnya siapa pun yang berani melintasi garis demarkasi itu tanpa izin, baik dari arah Korsel maupun arah Korut akan langsung ditembak mati.
Berani melintasi garis demarkasi dari arah Korsel, berarti secara militer telah menyerbu Korut.
Sebaliknya nekat melintasi garis demarkasi dari arah Korut juga dianggap telah menyerbu atau mau membelot ke Korsel.
Baca juga:Inilah Akhir Pertemuan Korut dan Korsel: Kim Jong Un Bikin Moon Jae In Merinding, Kenapa Ya?
Tapi ada perbedaan sikap jika ada orang yang sengaja menyeberang garis demarkasi dan tidak bersenjata.
Pihak Korsel biasanya akan memberikan peringatan lalu baru akan menembaknya.
Namun jika orang yang sengaja menyeberang berasal dari arah Korsel, meskipun tidak bersenjata pasukan Korut yang berjaga akan langsung menembak mati.
Selama ini kawasan DMZ Panmunjom selalu dijaga ketat oleh pasukan bersenjata, baik dari Korsel maupun Korut yang posisinya saling behadap-hadapan dan jaraknya hanya beberapa puluh meter dan dalam kondisi siap tembak.
Meski merupakan tempat paling berbahaya di dunia, lokasi DMZ di Panmunjom ternyata menjadi tujuan wisata Korsel yang selalu ramai dikunjungi para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Tapi para wisatawan itu harus berada dalam jarak tertentu dan tidak boleh melewati kawasan yang dilarang.
Apalagi sampai berani secara nekat menerobos perbatasan Korut-Korsel karena taruhannya adalah nyawa.
Namun pada Jumat (27/4), kawasan Panmunjom yang sangat sangar itu ternyata malah menjadi simbol perdamian ketika pemimpin Korut, Kim Jong Un, dan Presiden Korsel, Moon Jae-in.
Baca juga:Kisah Runtuhnya Tembok Berlin dan Bersatu Kembalinya Rakyat Jerman, Inspirasi untuk Korsel dan Korut
Semua media massa internasional dalam berbagai jenis berlomba menyiarkan peristiwa spektakuler itu secara langsung atau tidak langsung .
Kim Jong Un yang selama ini dikenal sebagai sosok yang ingin sekali mengobarkan perang nuklir ternyata bisa berubah jadi tokoh pembawa damai karena berkenan menghentikan program nuklir Korut.
Perubahan Kim Jong Un yang diperkirakan oleh para pengamat politik Barat malah bisa menjadi pemenang Nobel Perdamaian itu juga disambut gembira oleh rakyat Korsel, Jepang, dan juga AS.
Presiden AS Donald Trump sendiri menjadi makin bersemangat untuk bisa segera bertemu dengan Kim Jong Un dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) karena Kim Jong Un sendiri telah menjanjian penghentian program nuklir Korut sekaligus ‘pemberesan’ Perang Korea secara damai.
Tidak hanya Presiden Trump yang antuasias terhadap Kim Jong Un yang sedang getol menawarkan perdamian, negara seperti Filipina, Singapura, dan juga Indonesia bahkan bersedia menfasilitasi pertemuan KTT Kim Jong Un-Donald Trump.
Baca juga:Inilah Akhir Pertemuan Korut dan Korsel: Kim Jong Un Bikin Moon Jae In Merinding, Kenapa Ya?
Namun rupanya kawasan DMZ Panmunjom akan kembali menjadi pertemuan spektakuler antara Kim Jong Un dan Donald Trump karena Kim Jong Un sendiri sudah menyatakan setuju.
Jika Panmunjon kembali dijadikan tempat bagi KTT Donald Trump dan Kim Jon Un, lokasi yang selama ini menjadi tempat paling berbahaya di dunia dan simbol permusuhan Korut-Korsel sejak tahun 1953, justru akan menjadi simbol perdamaian bagi dunia.