Find Us On Social Media :

Gawat, Seantero Dunia Kembali Terancam dengan Varian C.1.2, Benarkah Varian Ini Bakal Jauh Lebih Berbahaya dari Varian Delta yang Porak-porandakan Banyak Negara?

By Mentari DP, Kamis, 16 September 2021 | 10:30 WIB

virus corona varian C.1.2.

 

Intisari-Online.com - Setelah virus corona varian Delta, muncul satu lagi varian baru. Namanya virus corona varian C.1.2.

Berbahayakah virus corona varian C.1.2?

Dilansir dari medicalnewstoday.com pada Kamis (16/9/2021), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini mengakui empat Variants of Concern (VOC) SARS-CoV-2, yaitu:

Baca Juga: Bikin Panik Satu Dunia, Digadang-gadang Sangat Manjur, Mendadak Muncul Masalah pada Vaksin Moderna, Begini Nasib Warga yang Terlanjur Terima Vaksin Asal Amerika Ini

- Alpha B.1.1.7, pertama kali terdeteksi pada September 2020 di Inggris Raya.

- Beta B.1.351, pertama kali terdeteksi pada Mei 2020 di Afrika Selatan

- Gamma P.1, pertama kali terdeteksi pada November 2020 di Brasil

- Delta B.1.617.2, pertama kali terdeteksi pada Oktober 2020 di India

Nah, kini muncul satu lagi dari Afrika Selatan.

Para ilmuwan dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) di Johannesburg, Afrika Selatan, mengidentifikasi sebagia varian C.1.2.

Sejak penemuan awalnya pada Mei 2021, para ilmuwan telah mendeteksi varian C.1.2 di tujuh negara lain, termasuk Selandia Baru, Inggris, dan China.

Baca Juga: Beruntung Sekali Bila Anda Sudah Divaksin Pfizer, Tak Hanya Ampuh Hadapi Varian Delta, Ternyata Orang dengan Usia Ini Justru Mendapat 95% Kemanjuran dari Vaksin Ini

Mutasi

Dengan menggunakan analisis genetik, para penliti mencatat bahwa C.1.2 mengandung banyak mutasi yang juga ada dalam varian Alpha, Beta, Delta, dan Gamma dari SARS-CoV-2.

Para peneliti menyatakan mutasi ini memudahkan virus untuk memasuki sel target, menolak pengobatan dan vaksin saat ini, dan berpindah dari satu orang ke orang lain.

“​​Para ilmuwan khawatir tentang variannya, karena seberapa cepat ia bermutasi," kata Dr. Vinod Balasubramaniam, dosen senior di Universitas Monash Malaysia.

Karena varian ini baru beredar beberapa bulan, pengetahuan tentang cara kerjanya terbatas.

Namun, para peneliti melaporkan bahwa kasus varian telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir pada tingkat yang sama dengan varian Beta dan Delta yang saat ini dominan.

Pada bulan Mei, C.1.2 menyumbang 0,2% dari genom yang diurutkan, pada bulan Juni, 1,6%, dan pada bulan Juli, 2,0%.

Dari mana C.1.2 berasal?

“Virus bermutasi sebagian sebagai akibat dari serangan kekebalan,” Dr. Cathrine Scheepers, penulis pertama studi dan ilmuwan medis senior di NICD di Afrika Selatan.

“Ketika seseorang mendapat infeksi dengan virus, antibodi kita mengikat virus ini untuk membunuhnya dan mencegahnya masuk ke sel kita."

Baca Juga: Bak Senjata Makan Tuan, Saat Kasus Covid-19 di Tanah Air Turun, Kasus di China Malah Meningkat Lebih dari 2 Kali Lipat, Negara Lain Juga Dihantam Gelombang Ketiga

“Selama infeksi, virus akan bermutasi secara acak."

"Jika mutasi acak ini memberikan manfaat, seperti kemampuan untuk menghindari serangan kekebalan ini dengan mencegah pengikatan antibodi, mutasi itu akan meningkat jumlahnya, karena virus dengan mutasi itu memiliki keunggulan kompetitif," lanjutnya.

“Semakin lama seseorang terinfeksi dengan virus tertentu, semakin besar kemungkinannya untuk mengakumulasi banyak mutasi."

Haruskah kita khawatir?

“Saat ini, masyarakat atau otoritas kesehatan tidak perlu khawatir tentang varian C.1.2,” kata Dr. Scheepers kepada MNT.

“Meskipun kami memantaunya dengan sangat cermat, kami masih mendeteksinya pada tingkat yang sangat rendah di Afrika Selatan (kurang dari 3% virus di negara ini) dan secara global (kurang dari 1% di wilayah lain).”

“Jumlah kasus tetap cukup rendah, dan kami tidak memiliki bukti bahwa mutasi tertentu yang dibawanya membuatnya lebih berbahaya daripada Delta.”

Bagaimana cara kita melawan C.1.2?

“Sama dengan varian lainnya, yaitu vaksin!” kata Dr. Stanton.

“Dikombinasikan dengan langkah-langkah seperti jarak sosial, ventilasi, dan pemakaian masker saat berada di dalam ruangan dan berdekatan satu sama lain.”

Baca Juga: Amerika Tidak Bisa Berbohong Lagi, Dokumen Bocor Ungkap Rupanya Amerika Danai Penelitian Virus Corona di Laboratorium Wuhan, Sudah Sejak 2014!