Find Us On Social Media :

Kisah Ibu Negara Timor Leste Pertama, Menyusup Masuk ke Indonesia Berkat Keahliannya, Berhasil Membuatnya Terhubung dengan Mata-mata Indonesia hingga Kelompok Pemberontak

By Khaerunisa, Kamis, 29 Juli 2021 | 13:20 WIB

Presiden Pertama Timor Leste setelah merdeka dari Indonesia, Xanana Gusmao, dan ibu negara pertama Timor Leste, Kirsty Sword.

Baca Juga: Cek Watak Weton Kamis Legi, Mereka Memang Dermawan dan Bijaksana, Tapi Juga Punya Sifat Buruk Ini

Melansir abc.net.au (14/5/2012), melalui tulisannya berjudul 'How Xanana Gusmao's Australian wife traded Victoria for Timor-Leste', ia menceritakan kisah kedatangannya ke Indonesia.

Saat itu, Timor Timur masih merupakan bagian wilayah Indonesia setelah invasi tahun 1975.

"Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam Timor Timur," ungkapnya.

Menurutnya, rezim Suharto membuat dunia percaya bahwa orang Timor sangat bahagia sebagai warga negara Indonesia, dan jauh lebih baik ketika menjadi bagian dari republik Indonesia dibanding sebagai orang Timor Portugis.

Baca Juga: Inggris Sudah Menerima Sebagian Imbasnya, Inilah Tsunami 'Long Covid' dan Biaya Mahal yang Harus Pemerintah Inggris Bayarkan Guna Jamin Kesehatan Rakyatnya

Pada pertengahan 1980, Kirsty Sword melakukan perjalanan ke Jawa dan Bali.

Kemudian, seiring waktu ia juga berhasil masuk ke Timor Timur, padahal menurutnya wilayah tersebut merupakan tempat yang sangat tertutup.

Terlebih bagi orang asing, disebut bahwa Timor Timur bukanlah tempat yang terbuka untuk mereka.

Bahkan, katanya untuk warga negara Indonesia tanpa izin saja itu bukanlah tempat yang mudah untuk dimasuki.

Baca Juga: Inggris Sudah Menerima Sebagian Imbasnya, Inilah Tsunami 'Long Covid' dan Biaya Mahal yang Harus Pemerintah Inggris Bayarkan Guna Jamin Kesehatan Rakyatnya

"Sangat sedikit informasi tentang kondisi sebenarnya di lapangan, situasi hak asasi manusia, yang keluar," ujarnya.

Kirsty Sword mengaku bisa memiliki akses ke Timor Timur berkat teman-temannya di Universitas Melbourne yang terlibat dalam gerakan klandestin.