Find Us On Social Media :

Pandemi Covid-19, Anak-anak di Indonesia Hadapi Tantangan Ini

By Sheila Respati, Sabtu, 24 Juli 2021 | 15:32 WIB

Juru Bicara Penanganan Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro.

Intisari-Online.com – Bertepatan dengan Hari Anak Nasional, Jumat (23/7/2021), Juru Bicara Penanganan Covid-19 dr Reisa Broto Asmoro mengatakan, pandemi Covid-19 memberi sejumlah tantangan bagi anak-anak Indonesia.

Dokter Reisa menyampaikan bahwa dari 80 juta anak di Indonesia, sebanyak 60 juta kehilangan kesempatan untuk memperoleh momen bersekolah. Pembelajaran jarak jauh (PJJ), juga tidak dapat diakses semua anak keterbatasan fasilitas.

Di tengah pandemi, internet dan media sosial digunakan secara masif. Namun sayang, di dunia maya, anak-anak malah rentan terhadap aksi perundungan, kekerasan verbal, pelecehan, dan diskriminasi.

Tantangan selanjutnya adalah beban mental dan sosial ketika orang terdekat atau orangtuanya terpapar Covid-19. Tidak sedikit anak kehilangan orangtua yang terpapar Covid-19, sementara dirinya sendiri pun tengah menjalani perawatan akibat penyakit yang sama.  

“Tekanan dan beban mental saat menjalani pandemi pasti tidak mudah bagi anak-anak Indonesia. Hal yang paling membuat sedih, beberapa anak kehilangan orangtuanya yang menderita Covid-19 karena kondisi tidak bisa terselamatkan,” ujar dr Reisa.

Oleh sebab itu, dr Reisa mengajak untuk melindungi anak-anak Indonesia di masa pandemi dengan berbagai upaya, baik dari segi kesehatan maupun dukungan moral.

Baca Juga: Kasus Kematian Covid-19 di Indonesia Jadi Tertinggi di Dunia, Mulai Hari ini Pemprov DKI Jakarta Operasikan Mesin Kremasi di TPU Tegal Alur

“Anak Indonesia harus semakin kita lindungi di masa pandemi karena masa depan mereka adalah masa depan kita juga,” kata dr Reisa.

Pemerintah gencarkan 3T

Dokter Reisa mengatakan, saat ini pemerintah tengah menggencarkan upaya testing, tracing, dan treatment (3T).  

Testing adalah langkah menguji seseorang positif atau negatif Covid-19. Dengan demikian, perawatan dapat segera dilakukan dan kemungkinan menulari orang lain lebih minim.

“Tidak semua orang memiliki kesehatan prima, misalnya orang lanjut usia yang sudah punya penyakit menahun, apabila tanpa sengaja tertular oleh orang yang membawa virus, bisa berakibat fatal,” ujar dr Reisa.