Find Us On Social Media :

Indonesia Turun Kelas Hingga Disebut Level Tanah Air Berada di Bawah Malaysia, Ternyata Ini Dampaknya Bagi Kita di Masa Depan, 'Tidak Akan Kaya-kaya'

By Mentari DP, Sabtu, 10 Juli 2021 | 08:30 WIB

Indonesia turun kelas.

Intisari-Online.com - Bank Dunia  (World Bank) mengumumkan bahwa Indonesia turun kelas.

Ya, Indonesia turun kelas menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah alias lower middle income country.

Hal ini berdasarkan laporan Bank Dunia pada 1 Juli 2021.

Baca Juga: 'Kebalnya' Minta Ampun, Negara Ini 'Adem Ayem' Saja Meski Jadi Tujuan Utama Orang Kaya India yang Kabur dari Serbuan Varian Delta di Negaranya, Ternyata Ini yang Membedakannya dengan Indonesia

Padahal sebelumnya Indonesia masuk kategori negara berpendapatan menengah atas (upper middle income country) pada 2019.

Apa penyebab Indonesia turun kelas?

Dilansir dari kompas.com pada Sabtu (10/7/2021), ini semua karena menurunnya pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita pada tahun 2020.

Tercatat, pendapatan per kapita Indonesia sebesar 4.050 dollar AS pada tahun 2019.

Lalu pada tahun 2020 lalu, turun menjadi sebesar 3.870 dollar AS.

Pandemi virus corona bisa menjadi salah satu penyebab Indonesia turun kelas.

Jika Indonesia turun kelas, apa dampaknya di masa depan?

Baca Juga: Bak Dapat Balasan Langsung Usai Gempur Sekutu Iran di Perbatasan, 14 Roket Langsung Hantam Pangkalan Udara yang Dihuni Tentara Amerika Beberapa Saat Kemudian

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira ada beberapa akibat ketika Indonesia turun kelas.

1. Sulit mencari lapangan pekerjaan

Ketika Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah, masih banyak orang yang sulit mencari lapangan pekerjaan.

Kini, ketika Indonesia turun kelas, maka mencari lapangan pekerjaan akan bertambah berkali-kali lipat sulitnya.

"Ini konsekuensinya mulai dari sulitnya mencari lapangan pekerjaan."

 

Tanpa Indonesia turun kelas, ternyata sekarang saja Indonesia sudah menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran muda yang tinggi di Asia Tenggara. 

Bisa dibanyangkan bagaimana sekitar 10 atau 20 tahun kemudian bukan?

"Anak mudanya banyak lulus dari perguruan tinggi."

"Tetapi karena ekonominya tidak mengalami pertumbuhan siginifikan maka lapangan kerjanya menjadi sangat terbatas," ujar Bhima.

2. Minim investasi

Lanjut Bhima, Indonesia akan kurang diminati dalam hal investasi karena menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Baca Juga: Jika Terjadi Mungkin Seluruh Dunia Hanya Tinggal Nama Saja, Dokumen Rahasia Pentagon Ini Bongkar 4 Negara Musuh Bebuyutan Amerika Sedang Siapkan Konflik Nuklir, Ini Buktinya

 

"Jadi Indonesia tidak termasuk negara tujuan investasi yang secara profil risiko aman, tapi Indonesia termasuk negara risiko yang tinggi."

"Minat investasi dari luar negeri untuk menanamkan modalnya jadi berkurang," kata dia.

Negara lain akan mencari negara yang berpendapatan menengah ke atas.

3. Ketagihan utang

Menurut Bhima, Indonesia akan ketagihan berutang karena kondisi ini dan menjadi sasaran para kreditur.

"Karena dengan turun kelas ini akan banyak kreditur-kreditur yang memberikan pinjaman kepada Indonesia."

"Ini karena dianggap Indonesia belum mampu mendorong penerimaan pajak sendiri yang optimal atau sumber-sumber pembiayaan di dalam negerinya," kata Bhima.

Saat ini saja, Indonesia harus membayar bunga utang sekitar Rp370 triliun. 

Baca Juga: Makin Bernafsu Jadi Militer Terkuat di Dunia, Militer China Uji Coba Puluhan Pesawat Tempurnya Sampai Nekat Lakukan Hal Ini pada Salah Satu Pesawatnya yang Super Canggih