Penulis
Intisari-online.com -Bumi Papua masih dihantui teror oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.
Kelompok yang dikategorikan teroris oleh pemerintah tersebut tidak hanya menembaki pasukan TNI-Polri.
Mereka juga menyasar penduduk sampai membakar fasilitas pendidikan.
Minggu 16/5/2021 dini hari KKB yang beroperasi di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak memberodongkan tembakan ke Satgas Operasi Nemangkawi.
Baca Juga: Dari Teror ASN Hingga Ancam Eksekusi Warga, Inilah Ulah KKB Papua!
Baku tembak terjadi di sekitar Jembatan Mayuberi, Distrik Ilaga Utara.
Senapan AK-47 diketahui dibawa oleh para militan KKB.
Senapan AK-47 memang termasuk salah satu dari senjata andalan KKB Papua.
Tidak tanggung, senapan itu dikenal sebagai senjata paling mematikan di abad ke-20.
Baca Juga: 3 Anggotanya Serahkan Diri, KKB Papua Lekagak Telenggen Pernah Nekat Serang Freeport
Mengutip The Conversation, AK-47 adalah senapan serbu buatan Mikhail Kalashnikov seorang pria Uni Soviet.
Senapan ini awalnya dikembangkan dalam kerahasiaan untuk militer Soviet, diperkirakan 100 juta AK-47 dan variannya telah dijadwalkan untuk diproduksi.
Senjata ini kini ditemukan di seluruh dunia, termasuk di tangan warga sipil Amerika Serikat (AS).
Tahun 2012 warga sipil AS membeli AK-47 sebanyak polisi dan militer Rusia.
Kalashnikove lahir pada 10 November 1919, bekerja sebagai pekerja mekanik tank di militer Soviet selama Perang Dunia Kedua.
Ia terluka selama serangan Jerman ke Soviet tahun 1941.
Melihat keunggulan pasukan Jerman dengan senjata yang superior, Kalashnikov berupaya membuat senjata yang lebih baik.
Sementara ia masih di militer, ia memproduksi beberapa desain yang kalah dengan pesaing sebelum akhirnya menciptakan AK-47.
AK-47 berarti Automat Kalashnikova 1947, mengikuti tahun senjata tersebut diproduksi.
Di tahun 1949, AK-47 menjadi senapan serbu bagi tentara Soviet, kemudian dipakai negara lain di Pakta Warsawa dan senjata itu dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, menjadi simbol revolusi di Vietnam, Afghanistan, Kolombia, dan Mozambik.
Bahkan di bendera Mozambik senapan tersebut dipampang dengan jelas.
Senapan tersebut memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulan pertama adalah biaya produksi yang murah sehingga bisa terus-menerus diproduksi.
Keunggulan kedua adalah pendek dan ringan untuk dibawa-bawa, dan mudah dipakai dengan sedikit recoil.
Senjata ini juga terbilang legendaris dengan kemampuannya di bawah kondisi yang sulit seperti di hutan hujan tropis sampai badai pasir Timur Tengah, dalam cuaca dingin dan panas.
Perawatannya juga terbilang minim.
Hal ini karena dari piston gasnya yang besar dan jarak bebas yang lebar di antara bagian-bagian yang bergerak, mencegah macet.
Kalashinkov senang sesumbar mengenai keunggulan senapan itu dibandingkan senapan militer AS M-16.
"Selama Perang Vietnam," ujarnya dalam wawancara tahun 2007, "Tentara AS akan membuang senapan M-16 mereka dan meraih AK-47 dan peluru untuk senapan itu dari tentara Vietnam yang tewas. Dan kudengar tentara AS menggunakannya di Irak cukup sering."
Senjata itu juga cocok dalam kejahatan dan terorisme.
Penculik yang menyerang Olimpiade Munich 1972 disenjatai dengan AK-47, dan penembak massal di AS memiliki versi semi-otomatis dari senapan ini, digunakan untuk membunuh di Stockton, California, dan Dallas.
Militer AS telah bertindak sebagai distributor senjata di konflik Afghanistan dan Irak, dan dengan umur pakai 20-40 tahun, senapan ini mudah dipindahkan dan dipakai ulang.
Kini, harga global senjata mencapai ratusan dolar, tapi ada juga harga yang murah hanya 50 dolar AS saja.
Produksi besar-besaran senapan ini di seluruh dunia terutama di negara dengan upah buruh rendah membuat harganya semakin murah.
Atas ciptaannya, Uni Soviet memberikan Kalashnikov Stalin Prize, Red Star dan Orde Lenin.
Tahun 2007, Presiden Vladimir Putin menyebutkan senapan Kalashnikov sebagai "simbol jenius kreatif dari orang-orang kita".
Kalashnikov meninggal sebagai pahlawan nasional tahun 2013 di usia 94.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini