Penulis
Intisari-online.com - Pada Rabu (21/4/21), kapal selam KRI Nanggala-402 dilaporkan hilang kontak saat melakukan latihan di perairan Bali.
Alhasil pencarian dilakukan oleh TNI dan mendapat bantuan dari beberapa negara, seperti Australia dan Singapura.
Hingga kini dilaporkan kapal selam tersebut telah ditemukan dan dikonfirmasi tenggelam.
Menurut Daily Mail, pada Senin (26/4/21), kapal selam itu ditemukan tenggelam di kedalaman 850 meter.
Kondisinya terbelah menjadi 3 bagian, dan dipastikan sebanyak 53 kru di dalamnnya juga telah gugur.
Meski demikian, upaya penyelamatan pun tetap dilakukan.
Dalam konferensi pers pada 25 April, militer Indonesia merilis video dan gambar bangkai kapal selam yang terletak di kedalaman 850 meter.
Dalam gambar tersebut, terlihat puing-puing kapal tampak berserakan.
Indonesia juga secara resmi mengonfirmasi bahwa 53 orang di dalamnya tewas, menurut Daily Mai.
"Kapal rusak dalam tiga bagian," kata Panglima TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono.
Tim penyelamat menemukan banyak puing-puing kapal selam termasuk jangkar dan baju pelindung oranye bercahaya untuk digunakan dalam keadaan darurat.
Puing pertama yang ditemukan sebelumnya termasuk bagian dari sistem torpedo danminyak yang digunakan untuk melumasi periskop.
Tim penyelamat juga menemukan sajadah.
Pada 25 April, Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Hadi Tjahjanto membenarkan bahwa tidak ada kemungkinan seorang yang selamat ditemukan.
"Dengan kesedihan yang mendalam, saya memastikan bahwa 53 orang di dalamnya telah meninggal," katanya.
"Fragmen kapal selam adalah bukti untuk mengkonfirmasi hal ini," tambahnya.
Sebuah robot selam yang dilengkapi dengan kamera sekoci MV Swift Singapura telah merekam video dan gambar detail di kedalaman 850 meter, tempat bangkai kapal itu berada.
Penyebab kecelakaan kapal selam Indonesia sejauh ini belum ditentukan.
Kapal mungkin mengalami masalah kelistrikan, sehingga awak kapal tidak dapat melakukan prosedur darurat.
Kapal selam itu hancur dengan tekanan air yang sangat besar pada kedalaman 850 meter, pecah menjadi tiga bagian, menyebabkan air meluap ke dalam.
Laksamana Margono mengakui upaya penyelamatan kapal selam akan sangat berbahaya dan sulit.
"Kami akan mempertimbangkan untuk mengangkat kapal selam dari air dalam kondisi saat ini," kata Margono.
"Masalahnya adalah bagaimana mengangkat kapal selam pada kedalaman seperti itu," imbuhnya.