Penulis
Intisari-Online.com - Setelah dilaporkan hilang kontak pada Rabu (21/4/2021)di perairan Bali, kapal selamKRINanggala-402dinyatakan tenggelam.
Hal itu berdasarkan penemuan beberapa bukti otentik bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 sudah masuk isyarat Subsunk setelah 72 jam pencarian.
TenggelamnyaKRINanggala-402 langsung menarik perhatian seluruh warga Indonesia dan negara tetangga tentangkeselamatan kapal selam di abad baru.
Empati publik pun tampaknya didorong oleh keyakinan bahwa ketika kapal selam tenggelam, hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk awak.
Tentu beberapa orang, khususnya para keluarga korban masih berharap ada harapan tentang keselamatan 53awak yang bertugas di dalamnya.
Lalu pertanyaan umum pun muncul, apa yang dapat dilakukan jika terjadi kecelakaan dan membuat kapal selam itu tidak bisa kembali ke permukaan laut?
Informasi itu terdapat padaJournal of Military and Veterans’ Health,jmvh.org, dengan judulSubmarine escape and rescue: a brief history yang ditulis Nick Stewart.
Dilansir dari mvh.org,pada Minggu (25/42021), ada dua opsi yang tersedia untuk awak kapal selam yangmengalami kegagalan naik ke permukaan (DISSUB).
Yaitu melarikan diri (escape) atau menyelamatkan (rescue).
Melarikan diri (escape)adalah proses di mana awak DISSUB meninggalkankapal dan mencapai permukaan tanpa bantuan eksternal.
Sedangkan menyelamatkan (rescue) dilakukan oleh pihak luar yang mengeluarkan awak kapal yang terperangkap dari kapal selam.
Pada awal era kapal selam modern, prioritas awal diberikan untuk melarikan diri(escape).
Muncul sekitar tahun 1910, sistem escape epertama berasal dari alat bantu pernapasan yang digunakan oleh penambang batu bara.
Ini menggunakan soda-lime cartridgeyang mengikat karbon dioksida dalam jumlah besar, lalu membersihkan udara yang dihirup.
Sistem ini digunakan dalam sistem penyelamatan diri awak kapal selam U3 Jermanyang tenggelam pada 1911.
Saat itu, Jerman menamai alat bantu pernapasan tersebut sebagai Drager. Sistem ini lantas diikuti oleh sejumlah angkatan laut untuk kapal selamnya.
Sistempenyelamatan diri diri tetap dilakukan sampai1946 hinggaAngkatan Laut Kerajaan melakukan penyelidikan untuk sistem DSEA.
Hasilnya mereka menemukan tidak ada perbedaan antara menyelamatkan diri pakaiDSEA atau tanpaDSEA.
LaluDSEA pun digantidengan teknik 'free ascent' atau 'blow and go'.
Teknik 'free ascent' maksudnya awak kapal selam diajari teknik bernapas untuk menyelamatkan diri dari kapal selam.
Mereka nantinya dapat menggunakanjaket pelampung atau cincin apung.
Sayangnya hasil dari sistem ini juga tidak begitu baik.
Ini terlihat jelas pada tahun 1950, ketika HMS Truculent tenggelam setelah tabrakan dengan kapal dagang di pantai Inggris.
Semua dari 72 awak berhasil mencapai permukaan, tetapi hanya 15 yang selamat dengan sisanya tersapu ke laut oleh air pasang dan hilang.
Atau kejadian ketika69 awak kapal selam Soviet, 34 di antaranya yang berhasil naik ke permukaan kemudian meninggal karena hipotermia, gagal jantung, atau tenggelam.
Pada 1990-an, sebagian besar angkatan laut dunia yang mengoperasikan kapal selam, termasuk RAN, mengganti sistem pelarian yang ada dengan Submarine Escape Immersion Ensemble (SEIE) yang dikembangkan Inggris atau versi lokal dari desain tersebut.
Sebelum tahun 1939, jika ada awak kapal selam yang tidak dapatmelarikan diri dari DISSUB, maka hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan mereka.
Selama tahun 1920-an, beberapa angkatan laut, khususnya USN, menggunakan operasimenyelamatkan (rescue) dengan beberapa keberhasilan.
Namun, operasi rescue awal ini hanya dilakukan jika kondisi kapal selama ideal dan itu pun tetap jarang dilakukan.
Seringkali jumlah kerusakan yang dialami kapal selam tidak diketahui, yang berarti kapal selam tidak dapat dipindahkan.
Jika nekat, maka kapal selam dapat pecahselama proses pemindahan.
Waktu juga merupakan faktor utama karenaawak hanya akanbertahan paling lama tiga hari.
Apalagi jika kondisi kapal mati lampu total atau blackout.
Jika kapal tidak mati lampu, maka mereka bisa bertahan paling lama lima hari.
Tapi sepertinya keduaopsi di atas tidak bisa juga dilakukan untuk KRI Nanggala-402.
Salah satu alasannya karena kapal diduga tenggelam di kedalaman 850 meter.
Oleh karenanya KSAL mengumumkanstatus KRI Nanggala-402adalahOn Eternal Patrol, yang artinyaberpatroli selamanya.