Penulis
Intisari-online.com - Belakangan ini kapal selam Indonesia KRI Nanggala menjadi perbincangan hangat.
Pasalnya, kapal selam itu dilaporkan hilang kontak saat melakukan latihan di wilayah laut Bali.
Menurut Kompas.com kapal tersebut hilang kontak pada Rabu (21/4/21), dengan membawa 53 awak kapal.
Hingga saat ini kapal tersebut masih dicari, Indonesia juga telah meminta bantuan pada Australia dan Singapura untuk melakukan pencarian.
Selain itu, terlepas dari fakta menghilangnya KRI Nanggala, kapal selam Indonesia ternyata sudah banyak melakukan misi-misi besar.
Salah satunya adalah saat dikerahkan dalam konflik di Timor Timur, yang menginginkan lepas dari Indonesia.
Pada saat itu Australia juga ikut campur dalam masalah ini, sehingga Indonesia mau tidak mau harus melakukan operasi militer skala penuh.
Termasuk mengerahkan kapal selam untuk menjalankan misi rahasia di Timor Timur.
Baca Juga: Kucing Tiga Warna; Makanan Berikut Ini Bisa Jadi Racun bagi Calico
Pada saat itu, Australia mengirimkan pasukannya melalui resolusi PBB, yang tergabung dalam misi multinasional Internasional Force for East Timor (INTERFET).
Australia merupakan negara dengan penyumbang pasukan militer terbanyak.
INTERFET saat itu bertugas menjaga serta mengataasi krisis keamanan dan kemanusiaan di Timor Timur, pada tahun 1999-2000.
Namun, di sana juga ada pasukan TNI, yang sewaktu-waktu bisa bersinggungan dengan pasukan INTERFET.
Tapi itu baru yang berada di darat, jika di laut beda lagi ceritanya, tak jarang keduanya bersinggungan dan nyaris terjadi konfrontasi.
Misalnya, pada saat kapal selam milik Indonesia U 209 buatan Jerman, melakukan patroli di Timor Timur.
Awak kapalnya memergoki noise suara baling-baling kapal asing bergerak mendekati Timor Timur.
KS U 209, milik angkatan laut Indonesia segera mendekati secara diam-diam, menuju arah suara baling-baling kapal asing tersebut.
Ketika jarak semakin dekat, diketahui suara baling-baling itu dari kapal permukaan bukan kapal selam.
Perlahan KS U 209 menaikkan periskop, dan memeriksa yang ada di permukaan.
Mereka menyaksikan iring-iringan kapal perang, salah satunya adalah jenis Landing Ship Tank (LST) HMAS Kanimbla milik Australia yang dikawal oleh dua kapal Fregat tempur milik Selandia Baru.
Ketiga kapal itu masuk wilayah teritori Indonesia tanpa izin dengan tujuan Dili.
Karena mengetahui tindakan itu melanggar kedaulatan hukum internasional, KS U 209 segera melakukan penindakan.
U 209 bergerak, lebih mendekat lagi, agar ketiga kapal itu dalam jangkauan point blank range torpedo.
Disiapkan torpedo untuk menjagal HMAS Kanimbla dan kedua Fregat itu supaya tenggelam.
Tapi kedua kapal itu mendeteksi kapal selam Indonesia, dan HMAS Kanimbla pun siap untuk bertempur.
Komandan HMAS Kanimbla langsung ciut nyalinya, saat kapalnya hendak ditenggelamkan dengan torpedo.
Mereka segera menjalin komunikasi, Australia mengontak Jakarta untuk menentralisir keadaan di Timor Timur.
Lalu, U 209 diperintahkan untuk tidak mengganggu konvoi tersebut, karena sudah ada di pihak keterangan Australia kepada Indonesia.
Namun, KS U 209 membayangi HMAS Kanibla, untuk berjaga-jaga sampai di Dili, dan supaya ketiga kapal itu tidak melakukan tindakan provokatif.