Find Us On Social Media :

Herman Willem Daendels, Si Tangan Besi yang Terkejut saat Pertama Kali Injakkan Kaki di Batavia, Sampai Beri Julukan 'Kuburan Orang Belanda'

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 12 Februari 2021 | 16:15 WIB

Herman Willem Daendels, si tangan besi pembuat jalan Anyer-Panarukan.

Intisari-Online.com – Melansir dari kompas.com, di media sosial Twitter, sempat ramai perbincangan soal Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels.

Keramaian tersebut muncul lantaran unggahan Twitter Teddy Septiansyah melalui akunnya @Teddyslfc.

Ia mempertanyakan kebenaran mengenai sejarah pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan.

Pertanyaan tersebut ditanggapi oleh @mazzini_gsp. Hingga Senin (8/2/2021) pukul 07.00, lebih dari 51 ribu orang menyukai unggahan tersebut.

Baca Juga: Kerja Paksa Pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan yang Dibangun 'Mas Galak' Daendels Rupanya Tidak Seluruhnya Kerja Paksa Seperti yang Diceritakan Buku Sejarah, Ini Kisahnya

Untuk mengenal siapa Jenderal Daendels, simak tulisan Rudy Badil, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 2008.

Nun 200-an tahun lalu, mendaratlah kapal perang layar besar di Anyer, ujungnya Jawa Barat, setelan mengarungi laut luas sekitar 10-an bulan dari Belanda.

Tanggal 9 Januari 1808, salah satu penumpang kapal itu, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels - di kemudian hari dijuluki "si tangan besi" - dinobatkan sebagaipenguasa Hindia Timur Belanda.

Ia berstatus utusan khusus Louis Napoleon Bonaparte dari Prancis, yang menjadi "Raja Belanda" di Republik Bataaf atau Belanda.

Baca Juga: Alun alun Bekas Tusukan Tongkat Daendels Itu Jadi Titik Nol Kilometer Kota yang Tak Pernah Sepi di Akhir Pekan

Daendels dipercaya memberesi negeri kolonial yang selama hampir 200-an tahun dikelola penuh keburukan dan kerakusan oleh Verenigde Oostlndische Compagnie atau VOC (1602 – 1795).

Daendels juga diharapkan sukses menjegal bisnis ekspor armada dagang Inggris, yang kian gencar mengirim hasil bumi dan pangan dari "pulau emas hijau" (baca: Jawa) ke Eropa.

Sangat diandalkan selama perang Revolusi Prancis, Daendels terkenal sebagai kepala batalion asing yang piawai dalam peperangan antara tahun 1772 - 1779, dan pada 1779 ditunjuk untuk mempertahankan Republik Bataaf yang baru saja jadi bagian dari Prancis.

Daendels yang mendapat penghargaan bintang jasa Rajawali Agung (grand aigle de la legion d'honneur) berangkat menuju Jawa pada 27 Juli 1807 bersama satu divisi tentara, beranggotakan 14.000 personel.

Tugasnya antara lain "membereskan" Ambon, Ternate, Banda, Makassar, Timor, Banjarmasin, Padang, Palembang, dan tentu saja Jawa.

Setiba di Jawa, Daendels langsung membubarkan pemerintahan Dewan Hindia.

la juga terkejut melihat Batavia, dengan kota "lamanya" yang sudah usang yang tidak sehat, sehingga berjuluk het graf des hollanders (kuburan orang Belanda).

Benteng tuanya pun dianggap tak mampu lagi membendung serangan Inggris, sehingga dirobohkan.

Sementara beberapa bangunan baru sebagai pusat administratif cepat ditata dan dibangun, di kawasan Weltevreden (kini sekitaran Lapangan Banteng).

Baca Juga: Hari Bhakti Postel ke-72: Sedikit Suka dan Tak Terhitung Duka Berkirim Surat Sebelum Adanya Jalur Daendels

Termasuk gedung dan bangunan tangsi tentara yang masih tegak sampai kini.

Istimewanya, mereka juga membangun rumah sang Gubernur Jenderal, kini Gedung Departemen Keuangan, di Lapangan Banteng.

Namun Daendels tak sempat tidur-tiduran di rumah supermewah itu sebab keburu diminta balik ke Belanda untuk tugas baru.

Di bangunan hebat tanpa perencanaan dana, bermaterial konstruksi dari benteng dua abad lalu buatan Jan Pieterszoon Coen, itu masih  terbaca jelas tulisan di dekat tangga besarnya: "MDCCCIX - Condict DAENDELS - MDCCCXXVIII - Erixit du BUS".

Jangan lupa, Daendels juga begitu tega dan semena-mena "membereskan" pertikaian bersenjata dengan pimpinan Kesultanan Cirebon, menangkap Sultan Banten, menurunkan paksa Sultan Mataram dari Yogyakarta, bahkan mempermalukan Susuhunan Surakarta.

Mungkin, sikap militeristik Daendels inilah (pemerintahannya berakhir pada 1811), yang bikin banyak pembesar Jawa pelan-pelan menerima kedatangan tentara Inggris.

Baca Juga: Kala Daendels dan Raffles Bertemu di Salemba

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari