Find Us On Social Media :

Kisah Eli Cohen, Agen Top Mossad yang Berakhir Tragis Digantung di Depan Puluhan Ribu Rakyat Suriah

By Tatik Ariyani, Sabtu, 9 Januari 2021 | 06:30 WIB

Eli Cohen

Setelah itu Eli dipanggil secara khusus oleh dinas Mossad untuk menjalani pendidikan khusus di Angkatan Udara Israel sebagai juru tulis di bagian logistik.

Lebih dari itu Eli dibekali pendidikan khusus intelijen seperti teknik mengemudi super cepat, sabotase, menembak dengan senjata tajam khusus, penyamaran, meloloskan diri, dan sebagainya.

Eli direkrut Mossad juga bukan tanpa pertimbangan. Ia dinilai punya IQ sangat tinggi, berdaya ingat kuat, menguasai tiga bahasa, Inggris, Perancis dan Arab.

Yang paling penting ia tidak ember atau gampang membocorkan rahasia.

Cohen juga punya kemauan dan daya juang kelas baja, walaupun tampilan luarnya tampak sangat rendah hati dan sederhana.

 

Usai mengikuti pendidikan khusus dan keras di Mossad, ia dikirim ke Buenos Aires, Argentina.

Ia diberi tugas menyamar sebagai imigran Suriah, di sana misi Eli berhasil.

Ia bisa diterima berbagai kalangan di Argentina mulai dari politisi, diplomat, hingga pejabat militer.

Tak hanya oleh kalangan Argentina semata, Eli bahkan bisa berkawan sangat erat dengan Kolonel Amin Al-Hafiz pendukung Partai Baath yang kelak menjadi Presiden Suriah (1963-1966).

Eli bertugas di Argentina hingga 9 bulan. Setelah itu ia kembali ke Israel menemui istrinya dan melaksanakan tugas baru yang diberikan Mossad untuk masuk ke Suriah.

Ia masuk lewat Damaskus dengan menyandang nama Kamal Amin Ta’abet pada 1962 dan berstatus sebagai seorang pengusaha kelahiran Beirut, Libanon.

Cohen bahkan mengaku orang tuanya dari kalangan Muslim tulen dengan nama Amin Ta’abet.

Tidak banyak rintangan ditemui Eli. Di Suriah Eli bisa berperilaku bak Muslim tulen karena kemampuannya berbahasa Arab.

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer China dan Taiwan, Beijing Sedang 'Panas' Ketahui Rencana AS ke Taipei, Menyebutnya 'Main Api'