Find Us On Social Media :

Tutup Kuping Abaikan Seruan Amerika, Prancis dan Rusia untuk Genjatan Senjata, Armenia-Azerbaijan Nekat Lanjutkan Perang, Korban Tewas Bertambah 150 Orang

By Tatik Ariyani, Minggu, 4 Oktober 2020 | 13:33 WIB

Armenia dan Azerbaijan kerahkan artileri berat di pertempuran terbaru

Intisari-Online.com - Hingga Sabtu (3/10/2020), pertempuran sengit antara Armenia dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh masih berlanjut.

Melansir VOA, Sabtu, hal itu diutarakan oleh pejabat berwenang dari kedua belah pihak.

Sebenarnya, banyak pihak telah menyerukan agar kedua negara melakukan gencatan senjata.

Namun, pasukan Armenia dan Azerbaijan tampaknya mengabaikan seruan untuk melakukan gencatan yang diutarakan oleh Amerika Serikat (AS), Perancis, dan Rusia.

Baca Juga: Sempat Dirumorkan Indonesia Diincar Untuk Jadi Pangkalan Militer China, Ternyata Inilah Alasan Mengapa Indonesia Ternyata Sangat Bagus Menjadi Pangkalan Milliter China

Pejabat Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan pasukannya telah menangkis serangan besar-besaran dari Azerbaijan di sepanjang garis depan.

Mereka juga mengklaim telah menembak jatuh tiga pesawat.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan membantah ada pesawat yang ditembak jatuh dan mengatakan personel Armenia telah menembaki wilayah sipil.

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan pasukannya telah mengambil alih sebuah desa strategis, Madagiz, pada Sabtu.

Baca Juga: Uni Eropa Menanas, Jermain Ingin Rusia Dihukum Atas Kasus Navalny yang Diracunin, Hubungan Moskow dan Sejumlah Negara Barat Pun Makin Buruk

Korban tewas dalam pertempuran sengit tersebut dilaporkan bertambah sebanyak 150 jiwa dari kedua belah pihak.

Serangan itu terjadi setelah Stepanakert, Ibu Kota Nagorno-Karabakh, diserang oleh pasukan Azerbaijan berdasarkan laporan media.

Aliyev menuntut penarikan pasukan Armenia dari Nagorno-Karabakh sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri pertempuran.

Kedua belah pihak sebelumnya telah menolak tuntutan gencatan senjata di wilayah yang disengketakan.

Justru, pertempuran semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir dan menjadi insiden paling berdarah sejak 1990.

Baca Juga: Kondisi Trump Belum Jelas Pasca Terinfeksi Covid-19, Investor Mulai Siap-siap Jika Joe Biden Menang Pilpres Amerika Serikat, 'Trump Kehilangan Waktu'

Separatis Armenia merebut Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan dalam perang berdarah pada 1990-an yang menewaskan sekitar 30.000 orang.

Pembicaraan untuk menyelesaikan konflik telah dihentikan sejak perjanjian gencatan senjata ditandatangani pada 1994 antara Armenia, Azerbaijan, dan Nagorno-Karabakh.

Upaya perdamaian dalam konflik Nagorno-Karabakh, yang dimediasi oleh OSCE Minsk Group terdiri atas AS, Perancis, dan Rusia, runtuh pada 2010.

Baca Juga: Kondisi Trump Belum Jelas Pasca Terinfeksi Covid-19, Investor Mulai Siap-siap Jika Joe Biden Menang Pilpres Amerika Serikat, 'Trump Kehilangan Waktu'

Danur Lambang Pristiandaru

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pertempuran Sengit Azerbaijan-Armenia Berlanjut, Korban Tewas Bertambah 150 Orang"