Find Us On Social Media :

Kaya Akan Gas Alam dan Dipenuhi Ikan, China Sangat Ingin Caplok Natuna, Bikin Amerika Langsung Izinkan Indonesia Beli 8 Pesawat Tempur Ini, 'Bisa Bantu Militer Indonesia'

By Mentari DP, Sabtu, 22 Agustus 2020 | 13:45 WIB

Pulau Natuna.

Intisari-Online.com - Pada bulan Juli 2020 lalu, Departemen Luar Negeri AS mengizinkan Indonesia untuk membeli delapan Boeing V-22 Osprey dengan biaya 2 miliar US Dollar (Rp29,5 triliun).

Harga itu bahkan sudah termasuk suku cadang.

Boeing V-22 Osprey sendiri adalah pesawat terbang militer tiltrotor sayap tinggi dengan kemampuan vertical takeoff and landing dan short takeoff and landing. 

Pesawat ini didesain dengan menggabungkan kelebihan fungsionalitas dari helikopter konvensional dengan performa jarak jauh dari pesawat terbang turboprop. 

Baca Juga: Kirim Puluhan Pesawat Tempur, Israel Gempur Jalur Gaza Habis-habisan Selama Seminggu Penuh, 'Jika Mereka Ingin Berperang, Kami Terima!'

Akan tetapi sebenarnya pemerintah Indonesia tidak menginginkannya dengan cepat.

Namun semua itu berubah karena Pulau Natuna.

 

Baca Juga: Berdalih untuk Eksperimen, Pesawat Tak Berawak Milik AS Ini Malah Diduga Memata-matai Stasiun Luar Angkasa China, NASA Sudah Lepas Tangan

Dilansir dari forbes.com pada Sabtu (22/8/2020), Pulau Natuna merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terletak di Laut China Selatan.

Dan jadi salah satu wilayah yang ingin dicaplok oleh China.

Tak heran, kini Natuna menjadi salah satu  sumber ketegangan yang terus berlanjut di kawasan ini.

Kepulauan Natuna adalah negara kepulauan dari 272 pulau kecil, yang pusatnya terletak 730 mil di utara Jakarta.

Kurang dari 100.000 orang tinggal di pulau-pulau itu. Hampir semuanya bekerja baik untuk pemerintah atau sebagai nelayan kecil.

Warga Natuna miskin, tetapi perairannya kaya akan gas alam dan, tentu saja, penuh dengan ikan.

Itulah sebabnya China cemburu pada pulau ini dan sangat menginginkannya.

Pernah pada  bulan Januari lalu, armada penangkap ikan China muncul di Kepulauan Natuna, hanya sehari setelah Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi gugusan pulau tersebut.

 

Baca Juga: Jangan Heran Jika Penyebarannya Makin Menjadi-jadi, Ternyata Jenis Virus Corona Baru Lebih Menular dan Mungkin Tidak Terlalu Mematikan

Armada China pun kembali pada bulan berikutnya.

Indonesia terkadang menanggapi serangan China dengan mengerahkan pesawat patroli, jet tempur, dan kapal angkatan laut ke Laut China Selatan.

Tapi ada masalah.

Pangkalan Indonesia di wilayah tersebut tidak terlalu besar.

Di sana ada landasan pacu 8.400 kaki secara teori dapat menampung jet tempur seperti F-16 dan Su-30.

Ada lagi pangkalan angkatan laut di Tanjung Pinang, 300 mil barat daya Ranai, yang dapat menopang kapal angkatan laut dengan panjang hingga 100 kaki.

Sementara sebagian besar pelabuhan angkatan laut dan pangkalan udara terbesar di Indonesia berjarak ratusan mil dari Natuna.

Sebenarnya itu cukup sebagai infrastruktur militer utama. Tapi terkadang Indonesia perlu senjata lainnya.

Seperti Boeing V-22 Osprey.

Tak satu pun dari helikopter Indonesia yang dapat menandingi V-22 yang memiliki kecepatan jelajah 300 mil per jam dan radius misi 400 mil dengan muatan penuh dua lusin pasukan.

Kemampuan itu tentu saja membutuhkan biaya.

Baca Juga: Pakai Masker Pas Istirahat Tapi Dilepas Saat Belajar di Kelas, Ratusan Siswa dan Guru di 41 Sekolah Ini Positif Covid-19, Langsung Tutup Seluruh Sekolah se-Kota Sampai Waktu yang Belum Ditentukan