Armada China pun kembali pada bulan berikutnya.
Indonesia terkadang menanggapi serangan China dengan mengerahkan pesawat patroli, jet tempur, dan kapal angkatan laut ke Laut China Selatan.
Tapi ada masalah.
Pangkalan Indonesia di wilayah tersebut tidak terlalu besar.
Di sana ada landasan pacu 8.400 kaki secara teori dapat menampung jet tempur seperti F-16 dan Su-30.
Ada lagi pangkalan angkatan laut di Tanjung Pinang, 300 mil barat daya Ranai, yang dapat menopang kapal angkatan laut dengan panjang hingga 100 kaki.
Sementara sebagian besar pelabuhan angkatan laut dan pangkalan udara terbesar di Indonesia berjarak ratusan mil dari Natuna.
Sebenarnya itu cukup sebagai infrastruktur militer utama. Tapi terkadang Indonesia perlu senjata lainnya.
Seperti Boeing V-22 Osprey.
Tak satu pun dari helikopter Indonesia yang dapat menandingi V-22 yang memiliki kecepatan jelajah 300 mil per jam dan radius misi 400 mil dengan muatan penuh dua lusin pasukan.
Kemampuan itu tentu saja membutuhkan biaya.