Find Us On Social Media :

Hanya 8 Paskibraka yang Bertugas di Tahun 2020, Begini Asal Usul Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, Formasinya Pernah Berubah-ubah

By Mentari DP, Senin, 17 Agustus 2020 | 11:15 WIB

Paskibraka yang bertugas pada 17 Agustus 2020.

Intisari-Online.com - Hari ini, Senin tanggal 17 Agustus 2020, Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun.

Namun Hari Kemerdekaan di tahun 2020 ini sangat berbeda.

Sebab, kita merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah jumlah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka di Istana Negara.

Baca Juga: Militernya Sangat Kuat dan Punya Hak yang Diakui Dunia, Indonesia Diklaim Bisa Jadi Pemimpin Negara-negara Asia Tenggara untuk Lawan China

Umumnya, ada puluhan anak-anak muda Indonesia yang bertugas menjadi Paskibraka di Istana Negara.

Tapi di tahun 2020 ini, demi menjaga jarak sosial, maka hanya ada 8 orang Paskibraka yang bertugas di Istana Negara.

Adapun nama-nama anggota Paskibrakayang akan bertugas pada 17 Agustsu 2020 di halaman Istana Merdeka adalah:

1. Indrian Puspita Rahmadhani (Aceh);

2. Sylvia Kartika Putri (Sumatera Utara);

Baca Juga: Super Agresif, China Aktifkan Rudal 'Pembunuh Kapal' untuk Tenggelamkan 2 Kapal AS, Nyawa 10.000 Warga AS Langsung Terancam

 

3. Sudrajat Prawijaya (Bengkulu);

4. Dhea Lukita Andriana (Jawa Timur);

5. I Gusti Agung Bagus Kade Sanggra Wira Adhinata (Bali);

6. Muhammad Adzan (Nusa Tenggara Barat);

7. Muhammad Asri Maulana (Kalimantan Selatan); dan

8. Muhammad Arief Wijaya (Sulawesi Tenggara).

Seperti apa asal-usul terbentuknya Pasukan Pengibar Bendera Pusaka itu?

Pada waktu itu, Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno memanggil ajudannya, Mayor Laut Hussein Mutahar.

Bung Karno meminta Mutahar mempersiapkan sekaligus memimpin upacara bendera peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1946 di halaman Istana Presiden, Gedung Agung, Yogyakarta.

Baca Juga: Ada Atau Tidaknya Covid-19, Warga di Kota Ini Wajib Pakai Masker, Jika Tidak Nyawa Anda Bisa Melayang, Pantas Disebut Kota Paling Berbahaya di Dunia

Saat itu, ibu kota Republik Indonesia sedang dipindahkan ke Yogyakarta.

Mutahar mempunyai ide, alangkah bagusnya kalau pasukan pengibar bendera ini berasal dari pemuda-pemudi se-Indonesia.

Tujuannya untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa.

Sayangnya, keinginannya itu sulit terlaksana, akhirnya Mutahar hanya dapat menunjuk 5 orang, yakni dua orang putra dan 3 orang putri.

Lima orang itu dikenal dengan sebutan “Pasukan Pengerek Bendera Pusaka”.

Kenapa hanya dipilih 5 orang? Karena lima itu menggambarkan jumlah sila pada Pancasila.

Formasi pengibar bendera merah-putih bentukan Mutahar masih dipakai setiap upacara Hari Kemerdekaan RI, tahun 1947, 1948, dan 1949.

Pada 17 Agustus 1950, untuk pertama kalinya bendera merah putih berkibar di ‘tiang 17’ di Istana Medeka.

Saat itu, ibu kota Indonesia sudah pindah ke Jakarta.

Pada tahun 1950, pasukan pengibar bendera sudah tidak dipilihkan lagi oleh Mutahar, tetapi langsung diatur oleh bagian kepresidenan.

Tahun 1967, Mutahar kembali dipanggil Presiden, saat itu presidennya adalah Soeharto.

 

 

Baca Juga: Ada Tambahan 2.081 Kasus Covid-19 Baru, Tapi 13 Provinsi Ini Punya Kasus di Bawah 10 Orang, 5 di Antaranya Malah 0 Kasus

Ia meminta Mutahar menangani kembali Pasukan Pengerek Bendera Pusaka.

Soeharto ingin meneruskan tradisi pada awal kemerdekaan.

Akhirnya, terciptalah formasi baru yang sampai saat ini masih digunakan.

Formasi itu terdiri dari tiga kelompok, kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu, kelompok 8 sebagai pembawa bendera, dan kelompok 45 sebagai pengawal bendera.

Angka dalam kelompok itu merupakan simbol dari tanggal Kemederkaan RI, tanggal 17, bulan 8, tahun 45.

Semua pasukan pengerek bendera itu adalah pemuda-pemudi Indonesia yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia.

Tahun 1973, sebutan ‘Pasukan Pengerek Bendera Pusaka’ berganti nama menjadi ‘Pasukan Pengibar Bendera Pusaka’ atau disingkat menjadi PASKIBRAKA.

Sebutan itu dicetuskan oleh Idik Sulaeman, seorang sarjana seni rupa.

Baca Juga: Pertama Kali dalam Sejarah, Remaja Ini 2 Kali Terpilih Jadi Paskibraka di Istana Negara, Orangtua: Saya Tak Kuasa Menahan Haru