Penulis
Intisari-Online.com - Amerika Serikat (AS) tidak hanya berkonflik dengan China.
Di lain tempat, militer AS juga bersitegang dengan militer Iran.
Bahkan ketegangan ini sudah terjadi sejak awal tahun 2020 setelah tewasnya salah satu jenderal top Iran akibat serangan yang diperintahkan Presiden AS Donald Trump.
Melihat hal ini, ASmemiliki "beberapa" indikasi intelijen yang menunjukkan Iran telah menempatkan sebagian dari sistem pertahanan udaranya pada "siaga tinggi" dalam beberapa hari terakhir.
Baca Juga: Lagi, Palestina 'Hilang' dari Google Maps, Netizen Tuduh AS Berada di Balik Kejadian Ini
Langkah itu menyusul ledakan di fasilitas-fasilitas utama yang terkait dengan program militer dan nuklir Iran.
Hal ini menurut seorang pejabat AS yang dekat dengan masalah ini kepadaCNN.
Perubahan status siaga berarti peluncur rudal darat-ke-udara Iran akan siap untuk menembak sasaran yang mereka anggap sebagai ancaman.
Hanya, pejabat itu tidak mengatakan, bagaimana AS bisa mendapatkan indikator tersebut.
Tapi, satelit, pesawat mata-mata, dan kapal perang AS secara rutin beroperasi di wilayah udara dan perairan internasional terdekat, di mana mereka terus memantau aktivitas Iran.
Beberapa pejabat militer AS menolak berkomentar tentang apakah Amerika memiliki intelijen terkait dengan status siaga Iran tersebut.
AS saat ini menilai peringatan Iran itu bukan bagian dari latihan.
Tetapi, merupakan respons terhadap peristiwa baru-baru ini dan kegelisahan apakah ada ancaman yang tidak diketahui Iran setelah beberapa ledakan misterius di berbagai fasilitas mereka bulan ini.
Iran telah menjelaskan penyebab insiden itu, termasuk kebakaran yang menyebabkan kerusakan besar pada situs yang telah menjadi kunci program pengayaan uranium mereka, yang memicu pertanyaan tentang potensi sabotase.
Spekulasi internasional berpusat pada teori bahwa Israel mungkin berada di belakang beberapa ledakan.
Namun, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengesampingkan kemungkinan itu.
"Tidak setiap insiden yang terjadi di Iran pasti ada hubungannya dengan kami," katanya pada 5 Juli lalu seperti dikutipCNN.
"Semua sistem itu kompleks, mereka memiliki kendala keamanan sangat tinggi dan saya tidak yakin mereka selalu tahu cara merawatnya," imbuh dia.
Secara terbuka, AS belum mengomentari potensi koneksi Israel tersebut.
Para pejabat tinggi AS berusaha untuk mempelajari lebih lanjut tentang ledakan di Iran dan siapa atau apa yang mungkin bertanggung jawab, menurut pejabat itu.
Salah satu insiden paling kritis terjadi 2 Juli, ketika kebakaran menyebabkan kerusakan signifikan pada sebuah bangunan di pabrik nuklir Natanz, Iran.
Situs itu sebelumnya menjadi target serangan siber yang diyakini telah dilakukan oleh Israel dan AS yang terungkap dengan penemuan virus komputer Stuxnet 2010.
Insiden lain yang tidak bisa dijelaskan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir termasuk ledakan besar di dekat Kota Parchin dan kompleks militer Iran.
Ledakan lain menghantam pembangkit listrik Zargan di Ahvaz.
Insiden itu dengan cepat diikuti oleh kebocoran klorin yang dicurigai membuat puluhan orang sakit di Iran tenggara.
"Kami telah melihat dan mengamati ledakan-ledakan itu di Iran."
"Saya tidak akan bisa berspekulasi apa yang mungkin atau mungkin tidak dilakukan terhadap program nuklir Iran," sebut Jenderal Kenneth McKenzie, Komandan Komando Pusat AS awal Juli lalu, seperti dilansirCNN.
(S.S. Kurniawan)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Sistem peluncur rudal Iran siaga tinggi, pasca sejumlah insiden ledakan")