Baru Mau Direvisi Setelah Diserang Bertubi-tubi oleh Para Ahli, Ini Dua Protokol Covid-19 Keliru dari WHO, Mencoreng Habis-habisan Wajah Badan Kesehatan Dunia

Ade S

Penulis

Meski menjadi acuan hampir seluruh dunia dalam pandemi Covid-19, faktanya Badan Kesehatan Dunia (WHO) malah membuat dua pernyataan keliru.

Baru Mau Direvisi Setelah Diserang Bertubi-tubi oleh Para Ahli, Inilah Dua Protokol Covid-19 Keliru yang Mencoreng Habis-habisan Wajah WHO

Intisari-Online.com -Meski menjadi acuan hampir seluruh dunia dalam pandemi Covid-19, faktanyaBadan Kesehatan Dunia (WHO) malah membuat dua pernyataan keliru.

Dua pernyataan yang kemudian dijadikan sebagai protokol kesehatan di masa pandemi virus corona ini nyatanya malah dianggap keliru.

Bahkan, WHO sempat bergeming saat banyak ahli mulai 'menyerang' pernyataan mereka menggunakan bukti-bukti ilmiah.

Hal ini tentu saja tak hanya mencoreng wajah WHO, tapi juga membuat masyarakat bingun akan bersandar kepada lembaga mana lagi selama wabah berlangsung.

Baca Juga: Covid Hari Ini 11 Juli 2020: Waspada, Virus Corona Penyebab Covid-19 Disebut Dapat Bertahan di Udara 8 Jam

Ya, seperti kita ketahui, dalam penanganannya sejak awal tahun ini, WHO sudah mengeluarkan sejumlah protokol kesehatan untuk menghalau penyebaran dan mencegah penularan.

Sayangnya, sejumlah pernyataan yang sempat dikeluarkan WHO sejauh ini dianggap tidak sesuai.

Bahkan WHO akhirnya merevisi sendiri protokol yang mereka buat.

Berikut ini beberapa kesalahan WHO tentang corona yang sempat dipublikasikan selama pendemi.

Baca Juga: WHO Telat! AS Sampai Sudah Keluar, WHO Baru Akui Jika Ada yang Mencurigakan Terkait China dan Virus Corona, Sekarang Baru Mau Diselidiki

1. Orang sehat tidak perlu memakai masker

Sejak awal hal ini memang cukup menimbulkan perdebatan di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia.

Mengutip Kompas.com, representatif WHO di Indonesia, Dr. N. Paranietharan menegaskan bahwa orang yang dalam keadaan sehat tidak perlu memakai masker.

"Sekali lagi, orang sehat tidak perlu pakai masker," ungkap Paranietharan saat sesi diskusi bersama media di Jakarta, Kamis (5/3), seperti dikutip dari Kompas.com.

Ia meyakinkan kalau masker hanya wajib digunakan oleh orang yang sedang sakit atau mulai mengalami gejala sakit seperti batuk atau bersin-bersin.

Tapi sekarang, WHO secara tegas menyarankan semua orang tanpa terkecuali untuk menggunakan masker di kondisi apapun.

Pada tanggal 5 Juni lalu WHO kemudian resmi menerbitkan protokol baru lewat situs resmi mereka. Berisikan tentang anjuran penggunaan masker bagi masyarakat, baik yang sedang dalam masa perawatan maupun orang yang sehat sekalipun.

WHO juga meminta pemerintah masing-masing negara untuk mendorong masyarakatnya agar mau memakai masker di manapun berada, terutama di tempat yang ramai.

Baca Juga: Masyarakat Harus Pakai Masker Lebih Efektif dan Hindari Ruang Sesak, WHO Resmi Sebutkan Virus Corona Menyebar di Udara, Tidak Ada Lagi Paduan Suara

Aturan baru ini jelas bertolak belakang dengan aturan yang WHO keluarkan satu bulan sebelumnya.

2. Corona tidak menyebar lewat udara

Pada tanggal 29 Maret lalu, WHO menerbitkan panduan mengenai bagaimana virus corona bertransmisi sampai akhirnya menginfeksi manusia.

Pada analisis dari 75.465 kasus COVID-19 di China, WHO tidak menemukan adanya indikasi transmisi melalui udara. Sejak saat itu diyakini bahwa virus ini menyebar melalui droplet atau percikan yang muncul saat batuk ataupun bersin.

WHO sebenarnya juga menyebutkannya adanya kemungkinan penyebaran virus ini melalui udara, tapi kemungkinan tersebut sangatlah kecil. Itu pun hanya dalam prosedur perawatan khusus yang bisa menghasilkan aerosol sebagai medianya.

Belakangan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan transmisi lewat udara menjadi semakin besar. Tapi WHO tetap pada pendiriannya bahwa potensi itu tidak menghawatirkan.

Barulah pada Selasa (7/7) kemarin, WHO akhirnya mengakui hasil penelitian dari 200 lebih ilmuwan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases tentang transmisi udara corona saat ini menjadi semakin kuat.

"Kami telah membicarakan tentang kemungkinan transmisi udara dan transmisi aerosol sebagai jenis transmisi untuk COVID-19," kata Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis WHO dalam penanganan COVID-19, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Penyebaran Virus Corona Melalui Udara Diakui WHO, Risiko Penularan Covid-19 Meningkat, Ini yang Harus Kita Waspadai

Jurnal tersebut menguraikan bagaimana partikel terkecil dari virus bisa bertahan cukup lama di udara sebelum akhirnya masuk melalui saluran pernapasan.

Pada Kamis (9/7), WHO merilis pedoman baru tentang penularan virus corona melalui udara.

Mengutip Reuters, dalam panduan terbarunya, WHO mengakui beberapa laporan wabah yang berkaitan dengan ruang ramai di dalam ruangan, yang menyebutkan kemungkinan transmisi aerosol, seperti saat latihan paduan suara, di restoran, atau kelas kebugaran.

Hanya saja, seberapa sering virus corona bisa menyebar melalui jalur udara atau aerosol, yang berbeda dengan tetesan yang lebih besar dari batuk dan bersin, tidak jelas.

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Dua kesalahan WHO tentang corona: Mulai penggunaan masker sampai cara penyebaran".

Artikel Terkait