50 Tahun Meninggalnya Bung Karno: Sepenggal Kisah Pahit di Akhir Kekuasaan Sang Proklamator, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Tanggal 21 Juni menjadi salah satu tanggal yang bersejarah bagi Indonesia. Presiden pertama Indonesia, Soekarno, meninggal tepat di tanggal ini.

Intisari-Online.com - Tanggal 21 Juni menjadi salah satu tanggal yang bersejarah bagi Indonesia.

Presiden pertama Indonesia, Soekarno, meninggal tepat di tanggal ini, 50 tahun yang lalu, karena gagal ginjal.

Namun tak banyak yang tahu mengenai kisah akhir hayatnya yang menyedihkan.

Kisah ini dicuplik dari buku berjudul "Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno"terbitan Penerbit Buku Kompas 2014dan ditulis olehAsvi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F. Isnaeni, M.F. Mukti.

Baca Juga: Kisah Bung Karno Bukannya Dikawal Pasukan Khusus Ketika Kunjungi Jepang Justru di Kawal Ketat Oleh Kelompok Yakuza

Pada suatu pagi di Istana Merdeka, Soekarno minta sarapan roti bakar seperti biasanya.

Langsung dijawab oleh pelayan, “Tidak ada roti.”

Soekarno menyahut, “Kalau tidak ada roti, saya minta pisang.”

Dijawab, “Itu pun tidak ada.”

Baca Juga: Tak Hanya di Indonesia, Sejarawan Sebut Keislaman Soekarno Berhasil Pengaruhi Arab Saudi hingga Uni Soviet,'Dia Memberikan Kesan yang Mendalam Bagi Kami'

Karena lapar, Soekarno meminta, “Nasi dengan kecap saja saya mau.”

Lagi-lagi pelayan menjawab, “Nasinya tidak ada.”

Akhirnya, Soekarno berangkat ke Bogor untuk mendapatkan sarapan di sana.

Maulwi Saelan, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden juga menceritakan penjelasan Soekarno bahwa dia tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.

Baca Juga: Dari Panci yang Dijilat Anjing Hingga Ditolak Penghulu saat Menikah, Inilah Sekelumit Kisah Bung Karno Perjuangkan Islam Progresif

“Biarlah aku yang hancur asal bangsaku tetap bersatu,” kata Bung Karno.

Di saat lain, setelah menjemput dan mengantar Mayjen Soeharto berbicara empat mata dengan Presiden Soekarno di Istana, Maulwi mendengar kalimat atasannya itu:

”Saelan, biarlah nanti sejarah yang mencatat, Soekarno apa Soeharto yang benar.”

Baca Juga: Suasana Haru Jelang Soekarno Wafat, Saat Anak-anak Berkumpul dan Megawati Bisikkan Syahadat, hingga Ucapan Bung Karno yang Membuat Putrinya Tak Bisa Membendung Air Mata

Maulwi Saelan tidak pernah paham maksud sebenarnya kalimat itu.

Ketika kekuasaan beralih, Maulwi Saelan ditangkap dan berkeliling dari penjara ke penjara.

Dari Rumah Tahanan Militer Budi Utomo ke Penjara Salemba, pindah ke Lembaga Pemasyarakatan Nirbaya di Jakarta Timur.

Sampai suatu siang di tahun 1972, alias lima tahun setelah ditangkap, dia diperintah untuk keluar dari sel.

Baca Juga: Covid Hari Ini 21 Juni 2020: Walkot Semarang Sebut 2 Warganya Meninggal karena Kenakan Masker Saat Bersepeda

Ternyata itu hari pembebasannya.

Tanpa pengadilan, tanpa sidang, namun dia harus mencari surat keterangan dari Polisi Militer agar tidak dicap PKI.

“Sudah, begitu saja,” kenangnya.

Baca Juga: China Menciut di Hadapan Indonesia, Ajakan Berunding Terkait Laut China Selatan Ditolak Mentah-mentah, Begini Tanggapan Beijing...

(Yoyok Prima Maulana)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait